Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Pelayan dan Jauhi Gosip!

19 September 2021   14:21 Diperbarui: 19 September 2021   14:22 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yesus membasuh kaki para murid sebagai bentuk pelayanan terhadap sesama. Foto: https://selisip.com/.

"There is no stranger in the Church." Tidak ada orang asing dalam Gereja. Semuanya sama. Tak ada yang paling besar, paling depan, atau paling hebat. Semuanya sama. Semuanya satu. Semuanya ada di bawah persekutuan iman akan Yesus Kristus. Jadi, gosip soal siapa yang paling dan terhebat, bukanlah agenda baik yang perlu dibicarakan dalam komunitas Gereja.

"Apa yang kalian percakapakan dalam perjalanan?" tanya Yesus kepada para murid (Markus 9:33). Komunitas para rasul bungkam ketika ditanyai soal isi percakapan mereka sewaktu dalam perjalanan bersama Yesus. Sebenarnya para murid tengah bergosip. Gosip itu wujudnya samar-sama, tidak pernah mendekati jelas, dan selalu tidak jelas. Gosip itu soal bunyi yang sumbang.  

Yesus menanyakan kembali apa yang dipercakapkan para murid sewaktu dalam perjalanan, karena wujud percakapan mereka sudah berpotensi gosip. 

Jika didalami, isi percakapan para rasul memang cukup sensitif, yakni soal siapa yang terbesar, terhebat, dan terdepan di antara mereka. Soal siapa, dan tentu jawabannya selalu lari ke aku -- aku ingin menjadi: jadi yang terdepan, terhebat, dan dikenal.

Meski tak menjawab satu kata pun, Yesus justru tahu isi hati para murid. Di antara komunitas para murid, ada kompetisi besar yang tengah digandrungi. 

Ada perlombaan untuk menjadi kepala dan merengkuh kuasa. Maka, kata Yesus kepada mereka: "Barangsiapa ingin menjadi yang pertama dan berkuasa, hendaklah ia menjadi yang terakhir dan menjadi hamba untuk semuanya" (Markus 9:35). Wejangan ini sebetulnya disampaikan untuk memperingatkan para murid agar tak haus kuasa.

Kenapa pilihannya harus menjadi yang terakhir atau hamba bagi yang lain? Bukankah yang terhebat dan pertama selalu memiliki hamba, bukan sebaliknya menjadi hamba? 

Potret kekuasaan dalam komunitas para murid sejatinya ada dalam frame pelayanan -- kata kerja melayani. Seorang pengikut Kristus yang sejati harus mampu melayani sesama dengan cara, kemampuan, dan segala apa yang dimilikinya. 

Maka, dalam hal ini, perintah yang utama dan pertama mewujud: "Kasihilah Tuhan Allahmu, juga kasihilah sesamamu manusia dengan segenap hatimu!" Tindakan kasih itu sebenarnya bekerja melalui tindakan pelayanan, baik bagi sesama (horisontal) maupun kepada Tuhan (vertikal).

Selain soal tindakan melayani, Yesus juga menegur komunitas para murid agar jangan sering gosip. Gereja bukanlah komunitas untuk mengakarkan sekaligus mendidik kebiasaan gosip. 

Dalam percakapan komunitas para murid, nama-nama tertentu sudah pasti "digebuk" habis-habisan dan dijadikan bahan gosip yang empuk. Mengejar prestise, jabatan, dan kekuasaan, hemat saya tidak pernah lari dari kebiasaan meneror sesama juga menjelek-jelekan. Inilah yang diperingatkan Yesus sewaktu ada bersama dengan para murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun