Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Konsili-konsili Gereja

23 Agustus 2021   20:49 Diperbarui: 23 Agustus 2021   21:04 4694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konsili untuk memperbarui ritme perjalanan Gereja. Foto: https://williamahistorian.wordpress.com/.

Sebelum Konsili Efesus, Gereja Katolik adalah satu. Meskipun ada beberapa pusat Gereja yang berkembang, akan tetapi inti imannya tetap sama. Sebelum Konsili Efesus, tidak ada skisma antara gereja Barat dan Gereja Timur. Pada Konsili Efesus muncul skisma, yakni antara Gereja Katolik Barat dan Timur serta Gereja Ortodoks Assyria. Pada periode berikutnya, muncul Konsili Kalsedon yang memunculkan Gereja Katolik Barat dan Timur, Gereja Ortodoks Assyria dan Gereja Ortodoks Oriental.

Perpecahan mulai bekembang pada tahun 1054 yang memunculkan Gereja Katolik Barat dan Timur, Gereja Ortodoks Assyria, Gereja Ortodoks Oriental, dan Gereja Ortodoks Timur. Akan tetapi, semua Gereja yang terpisah dari Gereja Katolik, kembali ke Gereja Katolik. Gereja Yesus Kristus memiliki beberapa variasi. Gereja Katolik terbagi menjadi dua, yakni Gereja Katolik Romawi (ritus Latin) dan Gereja Katolik Timur -- Gereja Katolik Timur memiliki 22 Gereja. Sedangkan Gereja Ortodoks terdiri dari Gereja Ortodoks Assyria (431), Gereja Ortodoks Oriental (451) dan Gereja Ortodoks Timur (1054). Gereja yang lain, antara lain Gereja Protestan, Angklikan, dll.


Kristologi Gereja Timur

Gereja Timur Assyria (Gereja Nestorian) merupakan sekelompok kecil jemaat Persia yang tidak menerima Konsili Efesus (431). Gereja ini mengikuti pemikiran Nestorius yang mengatakan bahwa ada pembedaan antara kodrat ilahi dan kodrat manusiwi. Menurutnya, kodrat ilahi dan manusiawi hanya merupakan penggabungan -- ekstrimnya mengarah kepada pemisahan.

Menurut Nestorius, yang dikandung oleh Maria hanyalah kemanusiaan Yesus, dan pada peristiwa pembaptisan, Ia mendapat kodrat ilahi melalui Roh Kudus. Nestorius menekankan perbedaan dua kodrat (cenderung ke arah pemisahan), antara yang ilahi dan yang manusiawi dalam diri Yesus Kristus. Yang menekankan ke arah pemisahan, dengan sendirinya sudah sesat, apalagi jika penyatuannya tidak sempurna.

Kedua kodrat Yesus Kristus, menurut Nestorius tidak menyatu (enosin) secara abadi, tetapi hanya bergabung (sunafeian) dalam kurun waktu tertentu (dari baptis sampai menderita di salib). Menurut aliran ini, pada saat Yesus menhembuskan nafas terakhir -- "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engaku meninggalkan Aku?" -- dikatakan bahwa kodrat ilahi benar-benar hilang. Nestorius menerima peran Maria hanya sekedar lewat.

Gereja Ortodoks Oriental merupakan sekelompok jemaat di Armenia, Mesir, Siria, Etophia, dan India yang tidak menerima hasil Konsili Kalsedon (431). Maka, jemaat ini menyebut diri sebagai non-Kalsedonis. Gereja Katolik Barat (Roma), disebut sebagai kelompok Kalsedon. Mereka menolak Konsili Kalsedon dan hal ini berimplikasi pada penolakkan otoritas Paus.

Kelompok Gereja Ortodoks Oriental menilai bahwa Konsili Kalsedon yang mengakui bahwa Yesus Kristus memiliki dua kodrat, sejatinya tidak setia pada ajaran Cirilius dari Alexandria, tetapi malah condong ke Nestorius (semi-Nestorianisme). Jemaat Gereja Ortodoks Oriental mengajarkan kristologi bahwa setelah inkarnasi, kedua kodrat Kristus menyatu secara sempurna dan tak terpisahkan sehingga Kristus memiliki satu kodrat saja (mia-physis).

Mereka menyebut diri ortodoks karena mengklaim bahwa ajaran merekalah yang ortodoks (sesuai dengan ajaran yang benar dari para rasul). Sekarang pun Gereja Ortodoks memunculkan Gereja Apostolik Armenia, Gereja Ortodoks Koptik (Mesir), Gereja Ortodoks Tewaheco (Ethiopia), Gereja Syriac Antiokhia. Mereka menggunakan istilah satu kodrat.

Selain Gereja Ortodoks, ada juga Gereja Ortodoks Timur. Gereja Ortodoks Timur (1054) sebagian besar dari Gereja Timur, kecuali Maronit dan Italo-Albania. Menurut mereka, penambahan kata filioque ke dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel pada bagian pernyataan iman dan Roh Kudus, telah mengubah pengakuan iman Gereja. Pada Konsili Nicea-Konstantinopel rumusannya adalah "Credimus.....in spiritum Sanctum....ex Patre procedentem."  Sedangkan dalam Konsili Toledo -- konsili ini tidak dimasukkan ke dalam ketujuh konsili ekumenis karena konsili ini diadakan secara lokal di Spanyol. Akan tetapi, hasil konsili dimasukkan dalam rumusan credo -- "Credo .....in Spiritum Sanctum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun