Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Mempergandakan Rahmat!

25 Juli 2021   10:39 Diperbarui: 25 Juli 2021   10:58 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Yesus mengucap berkat atas roti dan ikan sebelum memberi makan 5000 orang. Foto: sesawi.net.

"Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan Yesus untuk mencobai Filipus" (Yohanes 6:5-6).

Teks Injil pada hari Minggu ini (Yohanes 6:1-15) sangat mendalam jika direfleksikan secara menyeluruh. Secara umum teks ini sering dipadatkan pada satu sub tema, yakni Yesus memberi makan lima ribu orang. Pertanyaannya bagaimana bisa Yesus seorang diri mampu memenuhi kebutuhan orang dengan jumlah yang tak sedikit itu?

Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), inisiatif pertama-tama terkait tema Injil "Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang" datang dari para murid. Di sana inisiatif itu datang dengan sebuah pertanyaan yang kurang lebih memiliki ekses mencobai Yesus. 

Injil Matius, katakanlah mengisahkan demikian: "Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: Tempat ini sunyi dan hari sudah malam. Suruhlah orang banyak ini pergi, supaya mereka dapat membeli makan di desa-desa" (Matius 14:15).

Perbandingan soal rasa kepekaan memang datang dari komunitas para murid. Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), para murid berinisiatif, tetapi tidak tergerak hati. Akan tetapi, dalam teks Injil Yohanes, Yesus berinisiatif sekaligus tergerak hati. Kata-kata Yesus sebagai sekolah ketergerakan hati hadir demikian: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Dalam hal ini, Yesus tidak mengusir orang banyak seperti halnya para rasul dalam kisah Injil Matius misalkan. Yesus juga tidak menunda-nunda sampai orang banyak pelan-pelan pergi tanpa mendapat apa-apa dari-Nya.

Lalu, apa sebetulnya poin-poin yang bisa kita refleksikan dari kisah Injil hari ini? Apakah kita akan berinisiatif untuk mencari dan menghidangkan makanan? Apakah kita merasa tergerak hati? Apa kita yakin bahwa Yesus mampu melakukan mujizat dalam hidup kita? Ada tiga poin yang bisa kita renungkan dari kisah Injil hari ini.

Pertama, merasa tergerak hati. Pertanyaan Yesus sebelum mempergandakan roti adalah bekal pembuka bagi lahirnya mujizat-mujizat besar lainnya. Ketika Yesus bertanya "Di manakah kita membeli roti supaya mereka ini dapat makan?" di situ justru letak awal keberhasilan mujizat pergandaan roti nantinya. Yesus sebetulnya ingin agar keutamaan rasa tergerak hati juga dihidupi dalam komunitas para murid.

Pertanyaan Yesus soal ketergerakaan hati para murid sebetulnya merujuk pada sekolah kepengikutan. Jika menjadi murid-Nya, setidaknya kalian harus mampu berinisiatif dalam karya misi dan merasa tergerak hati untuk melakukan sesuatu. Tergerak hati dan inisiatif adalah pintu pembuka bagi lahirnya berkat Tuhan dalam hidup. Jika kita selalu tertutup dan memalingkan diri ketika menjumpai situasi sulit yang dialami saudara-saudara kita, kita juga akan mendapat hal yang sama dari orang lain. Ingat, semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita mendapatkan (more you give, more you receive).

Kedua, sekolah keyakinan. Ketika Yesus menanyakan stok roti di sekitar-Nya, Filipus justru merasa pesimis, kurang percaya, dan keluar dari sekolah kepengikutan. Dalam hal ini, Filipus seperti tidak yakin dan percaya dengan apa yang akan dibuat Yesus. Kata Filipus: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja" (Yohanes 6:7). 

Jawaban Filipus justru menunjukkan goyahnya kualitas iman komunitas para murid. Filipus menjadi semacam ilustrasi orang-orang yang kurang beriman.

Ketika iman komunitas para murid tak terlalu kokoh, Yesus justru tetap melakukan mujizat. Ia tetap mempergandakan rahmat melalui iman satu komunitas besar yang terdiri dari 5000 orang. Dalam hal ini, sebetulnya ada hal yang tersembunyi dari sekolah keyakinan itu sendiri, yakni kekuatan dari masyarakat yang diam. Ketika iman komunitas para murid goyah, Yesus justru tergerak hati dengan iman 5000 orang yang menanti mujizat dari-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun