Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghidupkan Pesan-pesan Perutusan

11 Juli 2021   10:21 Diperbarui: 11 Juli 2021   10:36 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yesus mengutus para murid berdua-dua. Foto: keuskupanbogor.org.

"Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Jika ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu, dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."

Perutusan, umumnya menuntut komitmen dan ketaatan. Dalam skema perutusan, sebetulnya ada bekal yang lekas dibawa -- setidaknya pesan-pesan menuju tempat perutusan. Dalam proyek perutusan-Nya, Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, kecuali tongkat. Roti pun tidak boleh dibawa. Demikian pula bekal. Dan uang dalam ikat pinggang tidak boleh dibawa. Kalian juga tidak boleh memakai dua baju."

Pesan-pesan Yesus jika dihidupi dan ditaati dengan baik, tentunya akan membuahkan hasil. Pesan ini mengandung makna yang mendalam. Jika seseorang diutus, pertama-tama ia harus bebas dari segala macam belenggu harta duniawi juga orang-orang yang menghambat tugas perutusannya. 

Harta duniawi biasanya menarik seseorang untuk berlama-lama, membuat orang terikat, dan diperbudak, serta membuat misi perutusan tak lagi terarah. Biasanya, ketika kualitas-kualitas duniawi membelenggu seseorang, ia dengan mudah meremehkan kuasa Tuhan.

Injil hari ini, hemat saya mengajarkan Gereja mengenai bekal-bekal dan komitmen dalam perutusan. Ketika diutus, saya harus buat apa. Ketika diutus, apa yang perlu saya bawa. Ketika diutus, bagaimana seharusnya saya bersikap. Pertanyaan-pertanyaan penuntun ini memberi akses yang jelas pada fokus misi yang diemban. Tiga pesan yang boleh direfleksikan untuk konteks Sabda Tuhan hari ini sekiranya menjadi gambaran proyek misi kita.

Pertama, diutus berdua-dua. Misi pada dasarnya menuntut adanya kerja sama. Dari komunitas Allah Tritunggal, proyek misi ilahi itu sudah menunjukkan segi komunitas (ekonomi keselamatan). Dari Komunitas Tritunggal (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), muncul komunitas para murid, jemaat perdana, lalu berkembang menjadi Gereja. Kualitas misi kita lebih berhasil ketika kita tak berambisi secara sendiri-sendiri.

Kedua, jangan membawa terlalu banyak bekal. Pesan ini disampaikan Yesus sebagai salah satu alat uji keberimanan para murid. Jika para murid ditantang dengan pesan demikian, apakah para murid yakin dan percaya dengan kuasa ilahi yang hadir melalui Sabda Yesus? Apakah para murid yakin dan percaya bahwa roti, pakaian bertumpuk, uang, dan lain-lain, mampu diatasi ketika mereka mengamini dan menghidupi pesan perutusan Yesus?

Di zaman sekarang, problem terjadi ketika pesan perutusan ini diragukan oleh sebagian gembala. Katanya: "Bagaimana mungkin ke tempat itu tanpa uang, handphone, pakaian, fasilitas operasional, makanan-minuman, dan lain-lain?" 

Ketika ada reaksi seperti ini, dengan demikian kuasa Tuhan tidak mungkin bekerja. Dengan kata lain, mereka yang diutus tanpa meyakini pesan Yesus, justru menganggap-remeh kuasa Tuhan yang bekerja atas mereka. Dalam hal inilah, ujian keberimanan seorang tokoh utusan ditakar sebagai seorang pengikut Kristus.

Pesan 'tuk bebas dari segala macam belenggu harta duniawi adalah salah satu senjata sekaligus bekal para pengikut Kristus dalam bermisi. Dalam hal ini, pesan ini dapat diterapkan melalui kesaksian hidup. Jika pembawaan diri seorang utusan Tuhan itu sederhana, ramah, baik, dan merangkul, dengan demikian ia tak merasa berkekurangan ketika menerima tugas perutusan atau ketika ia berada di medan perutusan.

Ketiga, nomaden. Pesan Yesus untuk para murid, juga menyentil soal karakter kemuridan yang berjalan -- dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika seorang utusan diizinkan tinggal di suatu tempat, ia tidak boleh lupa untuk menyelesaikan proyek misinya. Ia tak boleh berlama-lama karena alasan kedekatan, menyatu, atau sudah melekat. 

Dengan kata lain, jiwa seorang utusan harus selalu siap diutus, ditempatkan, diarahkan, dan diminta ke mana-mana. Di tempat-tempat lain, orang-orang juga tengah menanti kabar baik dari kita. Jika di suatu tempat sudah selesai, berusahalah untuk rela melepaskan dan memulai di medan misi yang baru. Ini juga bagian dari kebebasan seorang yang diutus.

Inilah tiga pesan Injil hari ini yang bisa kita endapkan bersama sebagai makhluk yang selalu menerima perutusan. Panggilan kita ada dalam kerang mengutus dan diutus. Ketika menerima perutusan, kita pergi minimal berdua-dua, merasa lepas bebas atau tidak terikat, dan selalu siap diutus ke mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun