Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sabtu di Pulau Bajo

26 Juni 2021   22:26 Diperbarui: 26 Juni 2021   22:59 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Pulau Monyet dan Pulau Bajo dari Puncak Waringin Labuan Bajo. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Pulau Bajo. Pulau ini terbentang dari utara ke selatan. Di ujung selatan Pulau Bajo, tampak bubungan sebuah pulau kecil yang tak kalah menarik. Pulau Monyet. Konon, diceritakan bahwa monyet-monyet sering berkeliaran di dua pulau-pulau ini. Dari Pulau Bajo, monyet-monyet membangun istana kecil yang kelak dikenal luas dengan nama Pulau Monyet.

Saya bergeming. Kenapa bisa dinamai Pulau Monyet? Masyarakat sekitar mulai bercerita. Memang ada banyak monyet di pulau kecil itu. Ketika air laut surut -- menjelang mentari terbenam -- ada setapak panjang kelihatan yang menghubungkan kedua pulau. Ketika air surut, monyet-monyet berpindah tempat. Mereka mencari suaka ke Pulau Bajo. Mereka makan, bertamasya, dan shopping. Bajo kemudian dijadikan pulau destinasi monyet-monyet.

Ya monyet. Memang monyet tak betah di tempat tinggalnya sendiri. Mereka cepat bosan. Mereka cepat lapar dan haus. Mereka butuh rekreasi. Ya di Pulau Bajo. Di sana, monyet-monyet tertawa kikikan. Mereka bercengkarama. Dan, menjelang sore, mereka kembali ke habitatnya yang kini dikenal dengan nama Hutan Monyet. Apakah monyet-monyetnya masih ada? Sepertinya menghilang. Mereka lari ke Pulau Bajo. Ya memang, Bajo memikat suasana. Kekuatan Bajo memaku kesan yang tak mudah dibujuk malam pun siang.

Pulau Bajo dan Pulau Monyet memang indah dipanah pandang. Jika dibidik dari Puncak Waringin, pesona tata mata seakan disembur pelupuk. Kelompak mata seperti tak mau ditutup segera ketika pandangan diarahkan ke Pulau Bajo dan Pulau Monyet. Deretan kapal dan Pelabuhan Labuan Bajo yang jauh dikeker mata, seakan mematahkan niat tuk sesegera pergi. Saya tertegun melihat. Saya tertatih melepas pergi. Pesona Bajo selalu lahir di bibir kesan dan pesan.

Arsitektur seni Pulau Bajo memang berbeda. Dari jauh mengemas ketertarikan. Dari dekat, Pulau Bajo memesan ingatan. Momen langka di dunia ini justru muncul di antara Bajo dan Monyet. Air laut surut, pulau kecil mengembik. Pulau ini menjadi penanda bahwa antara Bajo dan Monyet selalu ada jembatan penghubung.

Saya membidik Pulau Bajo dan Pulau Monyet. Kualitas gambar sejatinya tak perlu engel. Tinggal bidik. Tinggal jepret. Hasilnya selalu menarik dan menambah pesona. Itulah Pulau Bajo dan Pulau Monyet. Dari kampung ujung, tepatnya di lokasi berburu sunset, Pulau Bajo dan Pulau Monyet menarik wisata pandang. Aku, Pulau Bajo, dan kesan dibuklet menjadi satu. Memang indah.

Pulau Bajo dan Pulau Monyet di bibir pantai menyinggahi indera pengelihatan. Apa yang dilihat tak cukup dalam beberapa jam. Momentum intervensi intuisi seni seakan buyar ketika diadu bersama refleksi. Bajo tetap digandrungi wisatawan manapun. Di lorong penjemputan kanal pualu, Pulau Bajo dan Pulau Monyet mengantongi nilai tertinggi memadu pandang. Jauh ke sisi Barat, Pulau Bajo dan Pulau Monyet akrap dibidik.

Dari bidikan di atas langit, keindahan dipotret dan dibawa pergi dengan pesan: "Bangga bisa mengabadikan Pulau Bajo dan Pulau Monyet." Desain eksterior pesona kota super premium lekas dibawa pergi. Dengan segepok harapan dan panorama kealamiannnya sungguh memberhentikan kualitas keindahan Pulau Bajo. Cerita soal Pulau Bajo dan Monyet, sebaiknya didokumentasikan, lalu dibawa pergi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun