Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kerajaan Allah Itu Seumpama

13 Juni 2021   09:08 Diperbarui: 13 Juni 2021   09:10 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji sesawi dan pohon yang dihasilkan. Foto: parokicikarang.or.id.

Dari biji sesawi yang kecil, tumbuh pohon yang besar dimana burung-burung bisa bersarang. Dari Petrus si batu karang dan iman kelompok-kelompok yang kecil di Antiokhia, tumbuh dan berkembang iman Gereja ke seluruh dunia hingga saat ini.

"Dengan apa hendaknya kita bandingkan Kerajaan Allah itu? Atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil di antara segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi, apabila ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar" (Markus 4:30-32).

Setiap perumpamaan pada dasarnya hendak mengilustrasikan sesuatu. Tujuannya memberi pemahaman agar mudah dihidupi. Jika gambaran mengenai Kerajaan Allah berhenti hanya pada sebuah konsep semata, ia tak terlalu mengena. Setidaknya, perumpamaan mempermudah pemahaman orang-orang di zaman Yesus untuk mengerti arti Kerajaan Allah sesungguhnya.

Kenapa Kerajaan Allah tidak diumpamakan seperti sebuah Kerajaan besar pada umumnya? Kenapa Kerajaan Allah tidak digambarkan seperti Kerajaan Dinasti Ming Cina atau Kerajaan Majapahit di Indonesia? Yesus mengilustrasikan perumpamaan Kerajaan Allah dalam konteks yang sederhana agar mudah dipahami. Di dalam perumpamaan ini, sejatinya ada makna terdalam yang ingin diutarakan, yakni soal kesederhanaan.

Konteks kesederhanaan yang digambarkan melalui perumpamaan biji sesawi yang kecil memberi semacam tiket mudah-murah untuk semua orang. Dengan kata lain, gambaran kesederhanaan memberi peluang kepada semua orang untuk masuk dan ikut ambil bagian di dalamnya. "Memang biji sesawi itu paling kecil di antara segala jenis biji, namun apabila ia tumbuh, ia menjadi lebih besar." Maka, Kerajaan Allah, meski diumpamakan dengan sesuatu yang sederhana, ia tetap menjadi Kerajaan yang terbesar.

Umumnya, gambaran mengenai Kerajaan Allah yang menjadi inti pewartaan Yesus Kristus tidak mudah dipahami oleh semua orang. Banyak orang mengira Kerajaan Allah itu seperti sebuah sistem pemerintahan yang militeristik dan birokratif. Ketika Kerajaan Allah dipahami sedemikian rupa, orang akhirnya pesimis untuk menggapainya dan kadang tak berani masuk. Konsep-konsep yang ninggrat, glamour, ketat, dan birokratif seperti itu membuat orang takut untuk masuk ke dalamnya.

Di zaman Yesus, orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat sering menunjukkan gambaran Kerajaan Allah kepada umat Israel dengan kategori-kategori yang abstrak dan menakutkan. Ada kehancuran langit dan bumi seperti halnya akhir zaman, ada penghakiman yang luar biasa, ada api yang membara, ada persepuluhan yang perlu dipersembahkan, dan banyak hal menakutkan lainnya.

Kategori-kategori seperti ini justru memberi beban psikis dan moral bagi umat. Dengan gambaran Kerajaan Allah yang terlalu elegan, orang akhirnya minder dan menarik diri. Orang akhirnya menolak tema-tema Kerajaan Allah dan takut mencicipinya. Kode-kode Kerajaan Allah yang demikian justru didekonstruksi oleh Yesus sendiri dan disederhanakan. Penyederhanaan ini, tidak berarti menghilangkan unsur keilahian dan karakter singgasana dari Kerajaan Allah itu sendiri. "Meski kecil seperti biji sesawi, ia akan tumbuh besar melebihi jenis tumbuhan lainnya."

Di zaman sekarang, kategori-kategori mengenai Kerajaan Allah kadang-kadang juga diumpamakan seperti hunian-hunian mewah dimana orang-orang sulit untuk menjangkaunya. Ada semacam parit yang cukup sulit untuk ditembusi dengan syarat-syarat yang membebani. Misalnya, konon dalam Gereja, ada upaya-upaya untuk menjangkau keselamatan dengan mendapatkan surat pengampunan dari Tahta Suci di Roma. Syarat-syarat demikian justru menggambarkan Kerajaan Allah yang ditakuti.

Perumpamaan Kerajaan Allah bisa diilustrasikan dengan sebuah keluarga. Dari iman anggota keluarga, kualitas dan kuantitas akan berkembang. Hal-hal kecil akan dimulai dan bertumbuh dari kelompok yang kecil lalu berkembang menuju Gereja sebagai Umat Allah.

Perumpamaan mengenai Kerajaan Allah sejatinya mau memberi kemudahan jalan pikiran, penalaran, dan praktik konkrit dari keberimanan umat. Ketika dipermudah di bagian pintu masuk, dengan sendirinya orang akan merasa bahagia dan memberi makna pada apa yang dialaminya. Mari menemukan pintu masuk Kerajaan Allah dalam hidup harian kita dengan perbuatan-perbuatan baik dan sederhana. Jangan yang muluk-muluk!   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun