Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Tubuh dan Darahku!

6 Juni 2021   08:52 Diperbarui: 6 Juni 2021   08:54 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tubuh dan Darah Kristus. Foto: majalah.hidupkatolik.com.

Ia memulihkan relasi yang sempat terputus dengan Tubuh dan Darah-Nya. Ia membaptis kembali perjanjian baru dengan darah. Ia benar-benar memberi diri. Dari Dia, kita belajar apa?

Dokter menghampiri saya dan menyampaikan kabar pilu itu. "Ia kehabisan darah!" katanya sambil menepuk pundakku. Segera saya mengabarkan informasi di grup whatsapp: "Saya butuh darah beberapa kantong. Teman-teman, mohon bantuannya!" Segera pesan terkirim.

Di ruang bersebelahan, seorang pria berambut putih tengah didekati beberapa dokter bedah. Di sana, mereka membicarakan tema krusial seputar donor. Sayup-sayup kudengar, ada kata ginjal. Kertas dan pulpen sebagai penanda informed consent dipikul seorang perawat. Pria berambut putih itu, menyetujui proses pencangkokan ginjal untuk didonorkan ke anak semata wayangnya.

Ya, darah dan organ tubuh. Keduanya penting dan sangat menunjang kehidupan. Hari ini, Gereja Universal merayakan Hari Raya (HR) Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan ini kemudian dikerucutkan dalam sebuah istilah ekaristi: pengenangan sekaligus puji syukur. Perayaan ini mengantar Umat Kristiani untuk mengenang betapa pengorbanan Diri Kristus sungguh menyelamatkan setiap pribadi yang menaruh percaya kepada-Nya.

Pengorbanan Kristus tidak setengah-setengah. Ia total memberi diri. Ia memberikan segalanya, semuanya, Tubuh dan Darah-Nya. Pengorbanan diri ini merupakan silih atas dosa umat manusia. Ketika hendak menanggung sengsara dan salib, Yesus mengajak kedubelas murid-Nya untuk makan bersama. Dalam perjamuan penuh makna itu, Ia berkata: "Inilah Tubuh dan Darah-Ku, yang Kuberikan kepada kalian semua. Perbuatlah ini akan peringatan kepada-Ku!"

Amanat peringatan ini dijaga dan diteruskan secara institusional oleh Gereja. Dari kisah Jemaat Perdana, peristiwa puji syukur (ekaristi) direaktualisasi secara komunal dan universal. Dalam amanat ini, semua Umat Kristiani berpartisipasi aktif. Partisipasi aktif dalam perayaan keselamatan (ekaristis) senjatinya membentuk komitmen teologis umat untuk memberi diri dalam hidup bersama.

Konon Yesus menyerahkan Darah-Nya, kita pun diselamatkan. Darah dalam hal ini menjadi kekuatan dalam menjaga ritme kehidupan. Darah itu juga yang memeterai Umat Kristen untuk dilahirkan secara baru sebagai orang beriman. Darah ikut memeterai Gereja untuk selalu bersekutu.

Poin keselamatan melalui penumpahan darah di kayu salib adalah bentuk totalistas kecintaan Yesus kepada umat-Nya. Seluruh Darah-Nya dicurahkan. Tetesan darah dari Bait Allah hingga puncak Golgota merupakan jalan menuju keselamatan. Ia tak berdebah. Ia tak menimpal. Ia tak bersungut-sungut. Ia total memberi diri.

Hemat saya, perayaan Tubuh dan Kristus membantu Gereja dalam memaknai arti keberimanan akan Yesus Kristus. Jika Kristus telah memberi contoh melalui pemberian diri yang total, kita sebagai Gereja yang bersekutu juga perlu mengaktualisasikan hal yang sama: memberi diri. Pemberian diri ini bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana. Membantu mereka yang kesusahan dan berkekurangan di masa pandemi ini adalah wujud nyata dari partisipasi pengenangan HR Tubuh dan Darah Kristus.

Kita diajak untuk memberi diri. Memberi diri itu bisa juga berwujud kehadiran, tenaga, waktu, suasana (damai), atau juga mungkin berupa sumbangan materi. Jika bisa berbuat demikian, itu sudah cukup. Makna kehidupan kadang-kadang lahir dari hal-hal sederhana ini: memberi diri. Dalam tutur yang lain, memberi diri, mungkin bisa dipahami sebagai bentuk pengorbanan.

Jika sudah berbentuk pengorbanan, pasti ada luka, air mata, sakit, pedih, konsekuensi, dan tentunya darah. Pada titik ini, tak semua orang bisa melakukannya. Orang kadang takut dan mencari titik nyaman. Ketika tak ada yang memulai dan memberi contoh, pasti zona nyaman itu akan melebar dan susah ditembusi. Untunglah, Kristus telah memulai. Ia sudah menumpahkan Darah-Nya untuk keselamatan kita. Contoh sudah ada, mari kita membiasakannya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun