Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Terapi Ilmu Filsafat dalam Mendeteksi Masalah Sosial

22 Februari 2021   13:01 Diperbarui: 22 Februari 2021   13:04 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar filsafat dan bagaimana mendeteksi masalah sosial. Foto: justisia.com.

Filsafat lahir di Yunani, Asia Kecil. Filosof-filosof yang muncul sebagai pionir penalaran kritis, logis, dan sistematis zaman itu diantaranya adalah Thales, Anaximandros dan Phytagoras -- tak menutup kemungkinan filosof-filosof lain juga lahir dan berkembang di sekitaran daeran ini. Filosof-filosof awal ini (Thales, Anaximandros dan Phytagoras) kemudian dikenal sebagai perintis ide-ide kritis, cemerlang, reflektif, dan dialogis berkaitan dengan ilmu filsafat.

Secara etimologis Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata pholosophia terdiri dari dua akar kata, yakni philos yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan. Pecinta kebijaksanaan artinya, di dalam tubuh filsafat itu terkandung nilai keadilan dan kebenaran sebagai buah dari penalaran. Sistem berpikir logis, sistematis, dan kritis pertama-tama dikandung dalam rahim filsafat. Tema-tema mengenai hakekat kosmos biasanya ditelusuri dan dicari maknanya.

Di kisah-kisah awal saat ilmu filsafat mulai merangkak, ada lima unsur utama di kosmos ini yang selalu menjadi polemik. Perdebatan muncul ketika ada yang melihat api, air, tanah, dan udara. Masing-masing filosof mempertahankan tesis dan argumennnya atas empat unsur pembentuk kosmos ini. Upaya pencarian ini membawa mereka pada sebuah kebuntuan, yakni muncul penyebab terakhir (causa final). Penyebab terakhir mula-mula diberi nama ada (being) lalu Tuhan (God), sains (science), dan manusia (human). Dalam wadah filsafat, semua upaya ini dievaluasi, dikritisi, dan dicari argumen-argumen pendukungnya.

Lalu, bagaimana pemahaman selanjutnya? Filsafat kemudian ditemukan semacam sebuah wahana yang mengantar manusia pada pemahaman dan pengejawantahan tindakan dari sistem kelola berpikir. Secara sederhana, hal ini berarti bahwa tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, dan menerbitkan, serta mengatur semuanya dalam bentuk yang sistematis-logis. Filsafat juga membawa kita pada pemahaman dan pemahaman membawa kita pada tindakan yang layak. Ketika saya mencari inti terdalam dari sebuah objek atau bahan kajian tertentu, di sana saya sebetulnya tengah berfilsafat.

Filsafat juga merupakan jenis penalaran yang kritis dan ketat dimana proses analisisnya dilakukan secara hati-hati dan seyogianya kegiatan kefilsafatan itu merupakan perenungan atau pemikiran. Kegiatan kefilsafatan ialah merenung, tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan sebuah cara berpikir yang kebetulan. Perenungan kefilsafatan adalah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dan memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri serta bertanya kenapa sampai kita hidup di tempat kita hidup sekarang.

Perenungan kefilsafatan adalah sejenis percakapan yang dilakukan baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain atau alam semseta (kosmos). Dalam hal ini, alur penalarannya merangkul sekaligus, yakni percakapan dengan diri sendiri (internal), percakapan dengan orang lain dan alam semesta (horisontal), dan percakapan dengan Yang Transenden (vertikal). Dari proyek dialogis ini, maka dari itu, muncul dua jenis pengetahuan, yakni pengetahuan empirik (melalui pengalaman) dan pengetahuan rasional (melalui akal budi). Jadi, filsafat, hemat saya, merupakan sistem ilmu yang mengkaji suatu objek atau gagasan tertentu dengan menggunakan metode-metode ilmiah (kritis, logis, sistematis, reflektif, dan dialogis).

Nah, jika demikian, apa kegunaan ilmu filsafat atau berfilsafat? Ada sejumlah orang yang paham dan sadar betul bahwa mereka tengah berfilsafat. Akan tetapi, tak sedikit orang juga tak tahu dan tak sadar bahwa pekerjaan menalar dan mengidentifikasi sumber pengetahuan tertentu adalah bagian dari berfilsafat. Ada yang lupa bahwa bermenung adalah bagian dari kegiatan berfilsafat.

Sejatinya, ada beberapa kegunaan ilmu filsafat. Pertama, dengan belajar filsafat kita dilatih untuk berpikir kritis. Penalaran yang kritis dimulai dengan mengidentifikasi proses dialog pengetahuan dan menemukan argumen-argumen pendukung ketika proses dialog pengetahuan itu berhasil menjadi sebuah materi ilmu. Cara ini memang tidak mudah, dimana kita akan menemukan keterbatasan (baik dari segi indera) atau keterbatasan objek membuka diri terhadap proses dialogis pengetahuan.

Kedua, kita terbantu untuk menyelesaikan permasalahan. Alam semesta ini tentunya terbentuk dari serpihan-serpihan masalah. Mengidenfikasi sebuah objek sama dengan membantu memahami lalu mencari solusi atas keberadaannya. Jika saya memeperhatikan pohon tumbuh dan berkembang, saya akan bertanya lebih lanjut mengenai cara-cara atau kegunaan dari pohon tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Jika suatu saat, pohon itu tiba-tiba mati, filsafat lahir menginterogasi persoalannya.

Ketiga, filsafat membantu seseorang membuka horizon baru tentang ide atau gagasan tertentu. Tugas filsafat adalah mencari akar masalah dan menemukan solusi. Solusi dalam hal ini, bisa saja pembaruan dari yang sebelumnya ada atau sama sekali sekali sebuah tawaran baru.

Keempat, mengantar seseorang pada pergulatan batin, juga dialog dengan orang lain. Ketika saya duduk merenung mengenai diri saya sendiri, sebetulnya saya tengah menciptakan ruang berfilsafat untuk diri saya sendiri. Dalam upaya merenung, saya didorong untuk menemukan keterbatasan dan kelebihan saya sekaligus bagaimana saya menggunakan semunya itu untuk mendukung kehidupan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun