Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Adakah Sesuatu yang Baik Datang dari Pilkada 2020?

19 Desember 2020   17:15 Diperbarui: 20 Desember 2020   05:50 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) kesehatan saat menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Kabupaten Bandung di TPS 10, Desa Pangauban, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (9/12/2020). (ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI via Kompas.com)

Kita baru saja menyelesaikan satu event besar bertajuk pesta demokrasi. Pesta ini diselenggarakan pada 9 Desember kemarin. Sebagian besar konten dari pesta ini diisi oleh upaya memilih siapa putra daerah yang mampu menakhodai kapal sejauh lima tahun mendatang.

Dari hasil rekapitulasi dewan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Indonesia, sebagian besar mereka yang lolos pada pilkada kali ini adalah para pendatang baru. Para petahana kali ini banyak yang tumbang.

Pesta telah usai. Pemimpin sudah dipilih. Pemimpin futuris ditunggu-tunggu dengan berbagai prospek. "kelak kami merdeka," sahut kaum tak berpunya (hopeless). 

Jika mau berkaca, dalam hitungan lima atau tujuh tahun ke arah lampau, rumah kita Indonesia dihebohkan dengan sketsa kinerja para pejabat publik yang korup dan tamak -- wajah pemimpin yang miskin nilai-nilai hidup. Ruang birokrat kala itu, bisa dikatakan kebanyakan dikerumuni para "tuna etik".

Jendela peristiwa memotret serangkaian geliat kotor para politikus tambun bangsa ini. Hendak dibawa ke mana 'kita-kita' ini oleh pemimpin tamak, tambun, kamuflase, minim etik, dan korup itu?

Jika kali ini banyak pemimpin baru yang muncul di kursi kepala daerah, bisa jadi, hal ini adalah antitesis dari sekelumit geliat kotor para pemimpin dan politikus yang membuat masyarakat resah dan muak. Dari atmosfer ini pun, lahirlah sebuah transformasi. Ada keinginan untuk dipimpin oleh wajah-wajah baru, kebijakan baru, dan proyek baru.

Jika ditelisik dan direfleksikan lebih dalam, kita sudah dipimpin atau "diwakili" oleh begitu banyak tuna etik. Mereka menyandang gelar palsu dan punya jejak mencekam.

Bayangkan, jika mereka-mereka itu berkeliaran dan memublikasi diri pada Pemilu, bisa kacau republik ini. Indonesia merasa kenyang dengan janji-janji muluk, tetapi tetap haus dan lapar akan sosok pemimpin yang bijaksana, legowo, lagi tangguh dalam memimpin.

Krisis pemimpin memang sudah menjadi polemik akbar di negara ini. Naiknya kader baru pada pucuk pemerintahan Indonesia hanya membebankan rakyat. Tak banyak yang mau melayani. Tak banyak yang mau blusukan. Tak banyak yang mau berkorban.

"Kami ini hanyalah pekerja dari pemilik saham yang bernama rakyat. Kami bekerja pada perusahaan bernama Indonesia dan pemiliknya adalah rakyat," tegas Joko Widodo, saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam membuka topik Public Opinion di Monas Jakarta Pusat (Satu Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ahok, Jumad, 18 Oktober 2013 silam). Pertanyaannya: "Mengapa hanya mereka yang menyentuh dasar, beretika, dan dapat diandalkan?"

Membidik sosok pemimpin biduk zaman ini, cukup sulit dijaring. Semuanya sudah dipukat KPK. Stok orang bersih dan merakyat sebenarnya masih mengantre. Akan tetapi, selalu ada pertanyaan siapa yang berani dan mau mengekspos mereka ke ranah publik -- apalagi ketika prinsip keadilan yang merupakan musuh bebuyutan para tuna etik birokrat selalu dijegal kekuasaan.

Idealnya seorang pemimpin haruslah berjiwa pelayan, bukan berjiwa tamak, rakus, munafik, dan pembohong. Etika seorang calon pemimpin perlu diukur dengan kata kunci seperti merakyat, jujur, transparan, menderita, rela berjuang. Serta komponen tambahan, seperti kemampuan berbicara, penampilan, skill untuk memimpin, visi-misinya, mampu menjadi rekonsiliator yang bijaksana dalam berbagai persoalan dan kejanggalan dalam rimba birokrat.

Prospeknya, kita membutuhkan orang-orang yang serius dalam menakhodai bangsa ini. Tujuannya pasti dan arahnya jelas, yakni menuju Indonesia yang berkualitas.

Semua orang bisa menjadi pemimpin jika tujuannya hanya untuk mengeruk kekayaan sebesar-besarnya, seperti beberapa serigala birokrat abad ini. Ironisnya, banyak tunas muda yang masih mengadopsi gaya memimpin pendahulunya yang kerap ditayangkan di depan publik.

Wibawa seorang pemimpin kadang ditakar dari kekayaan yang dimiliki. Cara berpikir seperti ini bak diindoktrinasi pada setiap calon pemimpin yang lahir dari rahim lebar dan elastis.

Kadang kita mendengar atau menyaksikan upaya bagi-bagi kekuasaan di kalangan keluarga. Korupsi, kolusi, dan nepotisme pun tak terhindarkan.

Banyak orang berambisi untuk memimpin sebuah institusi atau negara tanpa memahami dan mencintai apa yang dijanjikan. Pertama-tama orang selalu mencari kedudukan paling atas agar disegani dan dihormati oleh sesama. Yang kedua kekuasaan yang membuat seseorang cenderung otoriter dan merasa akusentrisnya tinggi. Potensi untuk jatuh pada kejahatan sangatlah mungkin.

Ketiga adalah kekayaan meterial. Kekayaan material membuat sesorang jatuh pada habitus penyembahan berhala dan selalu fokus pada apa yang dimiliki dan dikejar secara material ketimbang perhatian terhadap sikon bangsa yang dikendalikannya. Urusan keluarga dan pribadi didahulukan, yang lain persetan.

Seorang pemimpin masa depan seyogianya harus mempunyai rasa simpati dan empati terhadap sesamanya. Ruang lingkup rasa empati dan simpati seorang pemimpin harus menembus batas keindividuan, kekeluargaan, juga kekerabatan.

Orang harus mampu keluar dari triad zona ekstrem di atas. Seorang pemimpin lahir dari rakyat, diangkat oleh rakyat, dengan harapan merakyat.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun