Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Simone Weil: Profesor Prancis yang Mogok Makan Sampai Mati

20 November 2020   16:04 Diperbarui: 20 November 2020   16:13 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Simone Weil lahir di Paris pada tanggal 3 Februari 1909. Ayah Weil adalah seorang dokter umum. Ibunya, meski tidak terdidik dalam dunia kedokteran -- karena ayahnya tidak mengizinkannya -- tahu hampir sebanyak suaminya mengenai dunia kedokteran. Kedua orangtua Weil adalah Yahudi, namun mereka tidak pernah mempraktikkan hidup keagamaan Yahudi. Ateisme dr. Weil -- sebagai reaksi terhadap kesalehan ibunya -- sangat berpengaruh pada anak mereka Simone Weil; dan ini yang akan membuktikan pemikiran Simone Weil yang anti-Yahudi di kemudian hari. 

Dalam suratnya yang ditulis pada tahun 1940, Simone Weil menjelaskan perasaannya mengenai darah ke-Yahudian-nya. Simone Weil lebih memandang darah ke-Yahudian-nya hanya dalam konteks anggota ras tertentu -- "Aku tidak memiliki alasan untuk berpendapat bahwa aku mempunyai hubungan apa pun, baik melalui ayah atau ibuku, dengan orang-orang yang hidup di Palestina dua ribu tahun yang lalu. Aku juga tidak pernah memasuki sinagoga dan tidak pernah menyaksikan suatu upacara agama Yahudi."

Simone Weil tumbuh dalam asupan keluarga yang sederhana. Kehidupan keluarga Weil selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain (nomaden) akibat peran sang ayah sebagai dokter tentara saat itu. Hal ini tentunya membuat Weil kecil jarang berelasi dengan teman-teman sezamannya.

Sejak masa remajanya, Weil telah memutuskan untuk memilih filsafat daripada matematika sebagai spesialis akademisnya ke depan. Pada umur 16 tahun pada tahun 1925, ia mendaftar pada Lycee Henri IV yang ternama di mana ia belajar bahasa Prancis, Inggris, Sejarah, dan Filsafat. 

Salah seorang pengikut sekaligus sahabatnya, Simone Petrement berpendapat bahwa Simone Weil adalah perempuan cerdas dengan watak yang baik. Guru filsafat Weil di Lycee adalah Emile Chartier. Darinya Weil belajar bagaimana menerapkan ide-idenya dengan jelas dan ringkas.         

Pada tahun 1927 -- meskipun ia menduduki tingkat pertama dalam ujian tingkat Filsafat di Sorbonne -- ia gagal pada ujian masuk ke Ecole Normale Superieure yang sangat kompetetif. Hal itu, membuatnya terpaksa belajar lebih giat sebelum lulus setahun kemudian. Weil belajar di Prancis dari tahun 1928 sampai 1931.

Weil berperan penting dalam upaya revolusi kelas pekerja di Jerman. Ia yakin bahwa karena heroisme bersifat individual, kelas-kelas pekerja tidak dapat bersatu untuk mencapai suatu tujuan. Teori-teori politik Weil yang telah berkembang penuh ditemukan dalam Oppression and Liberty, suatu koleksi esai yang diterbitkan setelah kematiannya. 

Sejak tahun 1934, Weil menjadi yakin bahwa alasan pemimpin sosialis begitu terpisah jauh dari kaum pekerjanya adalah karena tak seorang pun dari mereka yang mengetahui bagaimana rasanya bekerja di sebuah pabrik. Oleh karena itu, ia mencebur dalam dunia para buruh dan mulai bekerja di pabrik Alsthom di Paris. 

Selama liburan musim panasnya, Weil melakukan perjalanan ke Spanyol dan Portugal dengan orang tuanya. Suatu saat ketika berjalan-jalan di sebuah dusun kecil di Portugal, hati Weil merasa sedih mendengar kumandang nyanyian yang menyentuh hati. Untuk itu, ia menulis: ".......keyakinan tiba-tiba lahir dalam diriku bahwa Kristianitas terutama adalah agama para budak, bahwa para budak tidak dapat tidak menjadi bagiannya, dan akulah salah satunya." 

Ketika berusia 27 tahun, Weil kembali mengajar Filsafat di Bourges. Ia mambangun hubungan yang baik dengan tuan Bernard, seorang manajer pabrik, dengan memberikan pelbagai saran kepadanya tentang bagaimana menjalankan sebuah pabrik. Semangat emansipatif Weil pun semakin membara. 

Kehausannya akan sebuah masalah membawanya ke Spanyol, di mana perang saudara meletus antara kaum fasis dan koalisi kaum komunis, sosialis, dan anti-fasis. Ia melakukan perjalanan ke Barcelona di mana ia mendaftarkan diri pada pihak anti-fasis sebagai anggota Milisi Anarkis. Ia bahkan bersedia untuk misi-misi berbahaya, namun karena kurang berpengalaman mambuat ia canggung dan akhirnya gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun