Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Angin di Atap Kota Karang

19 November 2020   09:03 Diperbarui: 19 November 2020   09:09 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari semua kekuatan alam yang ada, anginlah yang paling berbahaya. Setidaknya untuk saat ini dan di sini. Di Kota Karang. Di Kupang, tempat saya beberapa hari ini datang melawat dan mendengar dentuman keras pada atap rumah dan daun jendela. Gemuruh angin hari-hari ini bak tsunami.

Di dalam rumah justru merasa tak nyaman. Dari dalam rumah, gemuruh menendang. Bunyi seperti baling-baling pesawat terdengar bergemuruh. Bunyi seperti ombak keras sedang menghantam lambung kapal. Bunyi seperti pesawat hendak "landing." Bunyi seperti air terjun dengan ketinggian ratusan meter.

Saya mengamati pohon lontar di depan kamar. Setiap hari, ia didorong ke sana kemari oleh angin. Daun-daunnya, sekilas seperti payung dihantam angin. Buahnya satu per satu jatuh sebelum waktunya. Pohon mangga dengan ratusan bunga yang siap membentuk buah mangga, berhamburan di tanah.

Angin beberapa hari ini cukup ganas. Ia sepertinya hendak mengakhiri Agustus dengan sebuah momen. Kadang pagi, semuanya serba tenang dan nyaman. Akan tetapi, menyentuh pukul 11.00, pohon-pohon mulai dibikin tak nyaman. Kamar, jika tak ditutup rapat, bakal dipenuhi dedaunan kering.

Kalian tahu bulan-bulan seperti sekarang, Kota Karang unjuk gerah. Panasnya luar biasa. Tanah pun seperti lama merindu air. Kering menyeka keringat karena gerah. Akhirnya kita pun tak santun menyapa alam. Alam juga sebaliknya.

Angin kencang, panas, disertai debu mengacaukan setting kota ini untuk bulan ini. Jika kalian membuntuti truk bermuatan pasir di Jl. Matani, seketika ujung rambut memutih. Kulit menjadi kering. Pakaian kesedek dihantam debu jalan. Muka seperti ditetesi air jeruk nipis. Pedis. Kering disertai angin melahirkan perih.

Angin di pucuk Kota Karang memang menguji adrenalin. Rumah dengan fondasi tak kuat siap-siap roboh. Di kota ini, kita perlu berpegangan kuat. Perlu menarik sabuk pengaman lebih kencang biar tak diseruduk angin. Di sinilah letak kekuatan kota ini ketika angin, dan segala jenis tantangan melawat.

Pulau Timor itu bak perahu yang tengah berlayar. Sekarang mungkin saatnya berada di tengah laut dimana gemuruh ombak dan angin menerjang perahu. Tapi, satu hal yang perlu diingat bahwa kita tak lupa melangkah. Jalanan tetap penuh. Mahasiswa tetap antusias menekuni kuliah. Biar angin, panas, dan kering, semuanya tetap melaju menata langkah.

Mengerikan. Memang demikian. Dari pemberitaan surat kabar setempat, Pos Kupang, jumlah rumah yang ambruk dihantam angin hingga, Jumad, (28/8/2020), kurang lebih 20 rumah. Memang "speed" angin untuk saat ini berkisar 20 - 40 knot. Sebuah peringatan besar bagi nelayan, penerbangan, dan transportasi laut.

Tak hanya peringatan untuk pengguna jasa transportasi laut dan udara, para pengguna transportasi darat juga sebaiknya berhati-hati. Kendaran sepeda motor dengan laju di atas rata-rata perlu waspada. Jika tidak, kita ikut terbawa. Ruas jalan untuk beberapa lokasi di Kota Kupang, juga perlu diwaspadai. Terutama area penghijauan dan lokasi dengan banyak pohon.

Perubahan tekanan udara untuk beberapa hari terakhir ini, rupanya dipengaruhi oleh kekuatan angin yang datang dari Negeri Kanguru. Biasanya memasuki musim panas, tekanan udara di wilayah utara dan barat Australia, terutama Gurun Viktoria, cukup kencang. Arahnya menyisir Pulau Karang bagian selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun