Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa, Penutur, dan Pesan dalam Interaksi Verbal

7 November 2020   07:43 Diperbarui: 7 November 2020   07:50 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi selalu menyiaratkan bahasa. Bahasa direkonstruksi oleh dua elemen penting, yakni pilihan kata atau diksi dan subjek dalam berkomunikasi. Tentunya, ada hal penting lainnya yang 'tak kalah menarik untuk memberi penegasan pada elemen dasar konstruksi bahasa dalam berkomunikasi atau berinteraksi. Pilihan kata (diksi) dalam berkomunikasi sangat memengaruhi riak intensi komunikasi itu sendiri.

Jika pilihan kata (diksi) dalam berinteraksi cocok dengan rival bicara atau partner, of course, atmosfer pertemuan akan berjalan kondusif. Hal yang sama juga disumbangkan oleh elemen kedua, yakni soal siapa-siapa saja subjek yang terlibat dalam berkomunikasi. Jika yang terlibat adalah mereka yang berlatar belakang bisnis, pasti unsur yang dibicarakan adalah seputar properti, saham atau stock exchange.

Bahasa sehari-hari selalu memberi nuansa kedekatan jika diutarakan dalam kanal yang fleksibel dan menarik. Akan tetapi, orang kadang cenderung menggunakan bahasa sehari-hari sebagai alat penabuh sesama, alih-alih perselisihan atau problem secarik yang berusaha dibesar-besarkan dalam alunan histrionik. Histrionik adalah gejalah atau simptom yang membuat seseorang jatuh pada self centered attitudes.

Gejala ini bermacam dan selalu memakai bahasa sebagai infrastruktur stimulus keberlangsungan pemakaian bahasa. Orang yang mengidap personality disorder ini selalu membuat dirinya seperti seorang tengah mengalami ketakutan yang luar biasa dalam dirinya. Biasanya, ia selalu mencari yang lain sebagai objek sasaran kekalutan dirinya. Dirinya selalu dianggap tidak berharga, kurang mendapat belas kasihan, selalu histeris, hal yang kecil selalu diheboh-hebohkan dan berbagai macam hal histeris lainnya. Dan, ini dilakukan melalui ekspresi media, yaitu bahasa.

Dalam kelopak interaksi, bahasa selalu memiliki dimensi ups -- dawn-nya. Hal ini tentunya tergantung pada subjek yang berbicara. Jika yang berbicara adalah mereka yang berada di kompleks akademis, yang pasti bahasa yang dipergunakan adalah bahasa akademis. Sedangkan jika yang berbicara adalah mereka yang sehari-hari ada di pasar, bahasa yang digunakan tentunya bahasa pasar.

Bahasa dalam kelopak interaksi selalu hadir sebagai media penghubung antar-komunikator agar pesannya tersampai dan tersalurkan. Bahasa tidak mungkin berkiblat dalam kesendiriannya dan menghasilkan sebuah kata yang bermakna ganda. Bahasa selalu dikonfrontasikan dengan berbagai media, antara lain subjek dan objek pembicara.

Subjek pembicara menjadi mentor sekaligus stakeholder untuk mengatur jalannya komunikasi. Komunikasi pun tentunya mendapat rekasi -- hubungan timbal-balik (resiprokal) dua arah -- dan reaksi ini sudah menjadi hal menarik yang membangun signifikantnya komunikasi. Jika tidak ada reaksi -- komunikasi dengan Allah adalah sebuah model komunikasi yang on Ruah (dalam roh) memiliki dimensi transendensinya -- akan menimbulkan pudarnya intensi atau pesan dalam komunikasi itu sendiri.

Bahasa sebagai tolok ukur berkomunikasi -- walaupun ada berbagai macam media dalam berkomunikasi -- harus menjadi peta yang menuntun seseorang, baik itu subjek maupun objeknya dalam track percakapan. Jika tidak, yang ada hanyalah kegaduhan, akibat pesan yang tidak tersampaikan. Sampai kapan pun, manusia akan terus menggunkan bahasa sebagai media komunikasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun