Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hizbiyah dan Politik Islam

4 November 2020   12:29 Diperbarui: 4 November 2020   12:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Adapun alasanya menurut al-Banna bahwa kepartaian dan politik bisa bersatu dan berbeda sama sekali. Al-Banna mencontohkan, seorang politisi tidak mesti terlibat langsung dalam struktur partai politik. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang secara stuktural masuk dalam kepengurusan partai belum tentu dia mengerti dengan baik apa itu politik.

Dan, ada juga orang yang memang mengerti politik dan terlibat secara intensif dengan partai politik. Sejak awal kemunculan multi partai di Mesir telah membuat societas Mesir tetap terjerembab dalam kemelaratan yang permanen. Hal ini karena orientasi kepartaian saat itu lebih berciri individual dan berwajah kelompok elitis tertentu -- kompetisi dan friksi.

Hassan al-Banna disebut-sebut sebagai neo-salafie dengan pemikiran tiga pandangan dasar, yaitu 1) Islam adalah sebuah sistem komprehensif yang mampu berkembang sendiri, 2) Islam memancar dari dua sumber fundamental, yaitu al-Quran dan al-Hadis, dan 3) Islam berlaku untuk segala waktu dan tempat.

Untuk  mengembangkan konsep itu, al-Banna memulai langkahnya dengan konsep "tarbiyah nafsiahi" (pembinaan jiwa) dengan metode pendidikan qur'ani sembari bersandar juga secara kuat kepada kategorisasi al-Hadis. Dalam pandangan al-Banna, keutamaan Islam bagi umat manusia terwujud dalam pemberian metode yang tepat dan sempurna bagi pendidikan rohani, pendidikan generasi, pembentukan umat, dan pembangunan budaya, serta penerapan prinsip-prinsip kemualiaan dan "madaniyah." 

Artinya bagaimana pembentukan generasi "rabbani" masa depan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai iman dan akhlak. Pembentukan generasi rabbani direduksi dari teks-teks al-Quran dan al-Hadis memerlukan tanggung jawab mutlak di mana satu sama lain mempunyai kaitan yang sangat erat.

Al-Banna membagi fase pembinaan dalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu 1) fase pengenalan seluruh lapisan masyarakat, 2) fase pembentukan kader (marhalah al-takwin) dari elemen pilihan yang sudah terkumpul, dibentuk regu-regu pejuang dakwa, 3) fase realisasi (marhalah al-tanfidz) dengan melakukan gerakan (harakah) dakwah bersama-sama mewujudkan hukum Allah SWT di muka bumi.

Pemikiran politik al-Banna juga terbagi dalam tiga kelompok, yakni 1) reformasi sosial -- segala bentuk perubahan dimulai dari diri sendiri 2) tidak adanya pemisahan antara agama dan negara -- kepemimpinan rangkap dalam sebuah pemerintahan, dan 3) sya'riat Islam sebagai undang-undang tertinggi dalam pemerintahan Islam -- Islam sebagai agama paripurna mempunyai tataran nilai hukum yang wajib ditaati semua umat Islam.

Ideologi Ihkwanul Muslimin dengan gamblang menunjukkan orientasi pergerakan prospektif dinamika politik. Jembatan antara aspek spiritual yang diendapkan melalui ajaran Islam dimasukkan ke dalam berbagai orientasi kebijakan politik kelas wahid. Kita melihat model pergerakan PKS di Indonesia. PKS mampu meraih kursi di parlemen dengan cepat. Hal ini tentunya dilatarbelakangi oleh orientasi perpolitikan PKS yang mengusung ideologi Ikhwanul Muslimin yang didirikan al-Banna.

Walaupun jelas-jelas berorientasi pada ideologi dukung Islam, societas Indonesia tetap menyumbangkan sesuatu untuk kelanggengan partai ini.  Hal ini mempermudah menjaring calon dan mempengarui opini publik di mana organisasi ini hadir dan menyapa masyarakat.

Pengaruh keras nilai-nilai keagamaan menjadi unsur penting dalam melicinkan laju pergerakan Ikhwanul Muslimin sebagai partai dakwah. Dengan ajaran-ajaran agama Islam, konsep politik akhirnya terakumulasi dalam iklim politik dengan alih-alih harmoni, kedamaian dan ketaatan kepada Allah SWT. 

Menurut Munawir Sjadjali, terdapat tiga hal yang melatarbelakangi munculnya pemikiran politik Islam Kontemporer. Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor-faktor internal yang berakibat pada munculnya gerakan-gerakan pembaruan dan purifikasi. Kedua, pengaruh rong-rong Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau kolonialisasi oleh negara-negara Barat atas sebagian besar wilayah dunia Islam; di mana hal ini mengakibatkan rusaknya hubungan yang akur antara Islam dan Barat dan ketiga, keunggulan wilayah Barat akan teknologi, pengetahuan dan organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun