Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perlukah Komodo Mendatangkan Tim Bedah Rumah?

29 Oktober 2020   09:07 Diperbarui: 29 Oktober 2020   09:22 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Foto seekor komodo menghadang sebuah truk proyek di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, viral diperbincangkan di media sosial. Apa gerangan kadal raksasa ini berambisi keluar dari persembunyiaannya dan berani melawan orang-orang yang mengklaim diri sebagai tim bedah rumah?

Mulai 2019 kemarin, upaya proyek bedah habitat komodo masuk agenda prioritas Pemerintahan Jokowi-Maruf. Desain yang digodok sangat elegan: "Wisata Super Premium." Apakah habitat komodo perlu direhap?

Mencontohi Bali

Pada periode pemimpin-pemimpin sebelumnya, Labuan Bajo dan aset-aset lain sekitarnya hampir tak dilirik. Sorotan mata dunia dan juga bangsa Indonesia hanya berhenti di Bali. Alhasil, Bali  pun selalu menjadi sasaran destinasi wisata. Arah imajinasi masyarakat baik global maupun nasional selalu menuju ke Bali. Tak lengkap rasanya jika Bali belum pernah dijajaki. Komodo Labuan Bajo, hanya tujuan alternatif.

Ketika Bali mendunia dan dilirik terus, upaya-upaya lanjutan, seperti pembenahan sarana dan pra-sarana, infrastruktur jalan, dan pusat-pusat bisnis lainnya mulai bergerak. Banyak investor asing mulai menanam pagu bisnis di sekitar Bali. Dari objek tujuan destinasi wisata, Bali pun berubah dan semakin berkembang menuju pusat bisnis dan lahan kerja. Semua orang lari ke Bali untuk mengais rezeki -- tak sedikit orang-orang NTT mencari suaka di Bali. Bahkan, hampir separuh dari penduduk Bali adalah mayoritas pendatang yang ingin mencari suaka.

Bali, boleh jadi, cukup terlambat untuk berkembang dan siap menjadi seperti sekarang. Pembangunan aset-aset lain (lapangan kerja, kerajinan, pusat bisnis) di luar kerangka wisata semata, akhirnya mau tak mau menjulang pelan-pelan. Bali pun tak sekadar lokasi bidik berwisata. Bali menjadi pusat kemajuan.

Di era Jokowi, visi pemerataan pembangunan mulai dilirik. Skema cita-cita Indonesia Maju mulai didaratkan dengan upaya pembenahan sektor-sektor yang dianggap potensial dan mungkin dilupakan selama ini. Salah satunya adalah Labuan Bajo. Kita bisa menyadari bahwa dari penyematan Komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, ada berapa banyak wisatawan yang berminat menjangkau komodo. Hampir tak sebanding dengan Bali.

Jika disejajarkan dengan Bali, objek wisata Taman Nasional Komodo (TNK) hanya mampu menggaet ratusan ribu wisatawan per tahun. Padahal, TNK sudah lama disemat gelar keajaiban dunia. Begitu juga dengan aset lain yang masuk keajabian dunia, seperti Taman Nasional Kelimutu, Ende.

Aset-aset Indonesia dari dulu sudah lama dipajang di etalase pasar dunia. Kita bangga bahwa Indonesia mampu menyumbang banyak keindahan, warisan kekayaan alam, situs-situs sejarah, dan keajaiban-keajaiban lainnya. Akan tetapi, seberapa besar pengaruh aset-aset ini menyentuh perhatian dunia? Seberapa besar aset-aset ini menghidupkan masyarakat sekitar? Hemat saya, era Jokowi, sungguh memberikan "angin segar" bagi potensi-potensi bangsa ini yang belum terekspos. Di beranda etalase memang sudah terpajang, akan tetapi adakah yang mau berkunjung dan menyentuh apa yang sudah dipajang dan dipromosi?

Persoalan utama yang mungkin menjadi kedala selama ini justru terletak pada kemasan branding. Dari segi aset (isi destinasi wisata), Indonesia memang kaya dan mendunia. Akan tetapi, semua kekayaan ini tak dibarengi dengan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana. Akses menuju tempat wisata, bahkan masih belum memadai dan terakomodasi. Infrastruktur jalan, sarana transportasi, dan pusat-pusat kreativitas lainnya belum sepenuhnya menopang keberadaan dan promosi aset wisata yang ada.

Contoh kecilnya, soal akses bandara Komodo, yang sebelumnya hanya bisa dijangkau pesawat-pesawat kecil, sekarang justru diperbaiki dan memudahkan setiap pengunjung untuk berkunjung. Efeknya pun merembes ke sekitar. Dengan banyaknya pengunjung, masyarakat sekitar merasa terbantu untuk mejajakan usaha dan bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun