Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wabah Friksi Menyerang Kesaktian Pancasila

1 Oktober 2020   10:55 Diperbarui: 1 Oktober 2020   10:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika tak sakti, kita belum tentu sampai ke hari ini. Kita mungkin hanya tiba dan berhenti selamanya di pelupuk 30 September '65. Atau mungkin berhenti di ufuk 30 September 2020. Di pelupuk September '65, negeri ini pernah dihantam petaka komunisme. Ada malam kelam. Ada tangis dan air mata. Adalah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) yang membuat cerita negeri ini menjadi kelabu. Gerakan 30  September PKI diyakini berupaya menggantikan ideologi bangsa ini, dari Pancasila menuju komunis.

Usaha G30S/PKI ini bahkan berhasil menghabisi nyawa beberapa Perwira dan Panglima negeri ini sembari mengatur strategi menggulingkan Sukarno dari kepemimpinannya. Beberapa jenderal dan perwira TNI yang gugur dalam peristiwa malam kelam 30S/PKI, antara lain Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani, Letnan Jenderal R Suprapto, Letnan Jenderal M. T Haryono, Letnan Jenderal S Parman, Letnan Jenderal D.I Pandjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tandean. Jenazah mereka kemudian dibuang ke dalam sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Tempat ini, kini dikenal sebagai Monumen Pancasila Sakti.

Untuk mengenang para jenderal dan perwira yang gugur dalam pemberontakan G30S/PKI, bangsa ini memberi penghormatan kepada mereka dengan menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai hari perkabungan nasional atau Hari Kesaktian Pancasila. 

Dalam momen berkabung pasca peristiwa pemberontakan G30S/PKI, negeri ini diberi animo baru agar bangkit dengan garda kesaktian Pancasila. Negeri ini perlu bangkit melawan semua hal yang menghambat pengamalan Pancasila. Ketika negeri ini berhasil menumpas G30S/PKI, sabuk Pancasila direbut kembali. Inilah watak Kesaktian Pancasila.

Pancasila memang lahir pada tanggal 1 Juni, akan tetapi, dalam perjalanan waktu Pancasila selalu dihempas badai ideologi lain yang berusaha merebut tahta kewibawaannya. Dari waktu perumusan hingga periode 30 September 1965, Pancasila selalu dirong-rong isu friksi dan upaya pergolakan. 

Arsip sejarah pernah mencatat bagaimana perumusan butir-butir Pancasila dibahas, dicermati, dimejakan, dan direfleksikan secara mendalam oleh para Founding Fathers kita. Mereka duduk dan hampir tak sempat istirahat hanya memikirkan bagaimana nantinya, Pancasila mampu mempersatukan pluralitas bangsa ini.

Bagaimana isu dan upaya melawan Pancasila direkam jejak sejarah? Puncak dari penolakan terhadap Pancasila tak lain adalah pemberontakan G30S/PKI. Selama 20 tahun (1945-1965), Indonesia dibayang-bayangi strategi pencopotan Pancasila dari ideologi bangsa. 

Dari cara dan strategi penyerangan dalam senyap yang terjadi pada 30 September 1965, rupanya upaya menggulingkan pemerintahan Sukarno dan ambisi menggantikan ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis sudah direncanakan sangat matang. Senyap, tak lain adalah bukti gamblang, pemberontakan G30S/PKI direncanakan dan penuh strategi.

Akan tetapi, Pancasila cepat bangkit. Pancasila tak semudah apa yang ada di benak para pemberontak G30S/PKI saat itu. Pancasila membuktikan kesaktiaan, ketangguhan, kesetiaannya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui operasi penumpasan 1 Oktober. 

Pancasila menunjukkan bahwa ia tak cepat goyah. Pancasila tak mau salah satu butir yang lahir daripadanya diculik demi kehancuran bangsa dan negeri ini. Maka, hari ini 1 Oktober 2020, Pancasila tetap jaya dan tangguh melawan pandemi, hoax, dan friksi yang tengah diviralkan saat ini: "Komunisme Gaya Baru."

Kita patut bersyukur, karena Pancasila berhasil melewati isu friksi dengan slogan "Komunisme Gaya Baru." Ini merupakan tanda bahwa Pancasila itu sakti. Apa yang membuat Pancasila sakti? Apa yang membuat butir-butir Pancasila tak mudah dicopot? Pancasila menjadi sakti dan tangguh karena persatuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun