Mohon tunggu...
Kristia N
Kristia N Mohon Tunggu... Guru - Penyuka kata

Menuang rasa, asa menjadi kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Religi Nestapa Harga Sawit

26 Agustus 2022   06:58 Diperbarui: 26 Agustus 2022   07:19 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini awalnya diniatkan untuk surat kabar lokal seputar Bangka Belitung. Apa daya tertolak redaksi, dimuatlah di kompasiana saja. Semoga berguna.

"Harga TBS Jeblok, Pengusaha Sawit: Sudah Banyak yang Konsultasi ke Rumah Sakit Jiwa." Demikianlah berita tempo.co pada 14 Juli 2022. Seberapa ekstrimkah turunnya harga sawit hingga sang pengusaha stres? Laman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bangka Belitung menuliskan tandan buah segar masih seharga Rp 3.218/Kg pada Februari 2022. Begitu Juli tiba, TBS anjlok mencapai Rp350 hingga Rp550 per kilogramnya (Kompas.tv).

Turunnya harga sawit mencapai sembilan kali lipat. Sebagai contoh bila hasil panen tiga ton, semestinya menghasilkan sembilan jutaan, kini hanya satu jutaan rupiah saja. Tertutupikah biaya perawatan kebun? Bagaimana menggaji karyawan? Cukupkah biaya pendidikan anak?  Serta masih ada berderet pertanyaan yang menanti jawaban.

Mengapa ini terjadi? Begitu kebijakan internasional mengurangi konsumsi sawit terlaksana; India dan China mengurangi pesanannya dari negeri kita. Ditambah lagi, Asosiasi Kedelai Amerika Serikat memproduksi alternatif minyak. Jumlahnya tak sedikit. Kian kecillah peran minyak sawit (tempo.co). Akan tetapi, sebagai manusia cerdas, keadaan ini bisa kita tebas.

Mencontoh Provinsi Riau, warganya memproduksi kerajinan sawit. Salah satunya wadah buah yang biasa digunakan sebagai parsel. Pelepahnya disulap menjadi piring, nampan, serta wadah minuman gelas (asianagri.com). Sedangkan petani di Jambi menyela kebun sawit dengan sayur mayur. Mereka menanam alpukat, kakao, pinang, padi dan tanaman lain (mongabay.co.id).

Di Filipina dan India, ada wacana menanam nanas atau pisang di sela-sela pohon sawit. Tanaman yang sudah ditanam yakni padi gogo, padi varietas unggul Indonesia. Sayuran, kacang-kacangan atau jagung juga menjadi tumpang sari. Berbeda lagi, lahan sawit dapat juga dijadikan lokasi budidaya ikan lele. Ini terlihat dari kiriman akun youtube TPPI P3MD yang didukung Kementerian Desa. Petani sawit Babel dapat mempertimbangkan kemungkinan contoh-contoh di atas.

Ada sebuah langkah nyata sebagai respon di masa sulit seperti ini. Mei lalu, Wali Kota Pangkalpinang Maulana Akil mengesahkan UMKM Madani Food Court. Ia berharap usaha mikro, kecil dan menengah ini menyalurkan sumber daya manusia di sekitar Girimaya. Pengangguran pun diharap berkurang (bangka.tribunnews.com).

Pada Juni lalu, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung Devi Valeriani turut merespon. Menurutnya, bukan besar atau kecil penghasilan yang menjadi persoalan. Cara kita mengelola keuanganlah yang utama. Jangan sampai ketika hasil jaya, kita berpesta pora. Ketika panen tak dihargai tinggi, kita menangis sebagaimana yang terjadi pada masyarakat. Kita harus merubah gaya hidup. Masukan ini memang tak seketika berdampak nyata. Namun hal ini dapat membantu kestabilan keuangan, bila kita mau belajar menerapkannya.  

Selain contoh di atas, mari kita bicara tentang jiwa. Siapa yang tak ingin keluar dari nestapa harga sawit ini? Kita tentu ingin bahagia. Bagaimana caranya? Dengan mengendalikan pikiran. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh kondisi di luar diri kita. Kebahagiaan tergantung oleh apa yang ada di dalam diri kita (Carnegie, How to Win Friends and Influence People).

Kita isi diri kita dengan berpikir positif, seberapapun nestapanya suatu kondisi. Sebagaimana buku Berpikir dan Berjiwa Besar memotivasi kita, "Besar atau kecil masalah psikologis yang dialami, penyembuhan datang ketika seseorang belajar berhenti menarik pikiran negatif dari bank ingatannya dan sebagai gantinya menarik pikiran yang positif." (Schwartz: 44).

Terakhir, jangan lupa pada petunjuk hidup: agama. Dalam menyikapi ujian, seseorang harus meyakini bahwa itu ketentuan Tuhan (qada dan kadar). Harga sawit menurun adalah takdir sekaligus ujian. Namun Allah berjanji, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS Al Insyirah: 5). Karenanya, kita tidak perlu khawatir maupun ketar ketir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun