Mohon tunggu...
Kristiadji Rahardjo
Kristiadji Rahardjo Mohon Tunggu... Dosen - manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

manusia biasa yang mendamba cinta hadir di dunia; suka membaca, traveling, fotografi, main biola dan badminton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyembuhan Psikososial dari Perspektif Spiritualitas Kristiani (1)

26 Juli 2018   14:56 Diperbarui: 26 Juli 2018   17:43 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban gempa bumi Jogya 27 Mei 2006 (dok. pribadi)

Peristiwa bencana alam (sebagai bagian dari proses alam, seperti gempa, gunung meletus, badai dll,) serta musibah (sebagian karena ulah manusia: banjir, tanah longsor, semburan lumpur, kecelakaan transportasi, dll), akhir-akhir ini terjadi secara beruntun dan menjadi pengalaman pahit dan memilukan yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. 

Dewasa ini masyarakat dunia (termasuk Indonesia) sedang menghadapi masalah pemanasan global (global warming) yang menimbulkan dampak negatif bagi iklim dan seluruh kehidupan di planet bumi ini. Selain bencana alam itu, masyarakat Indonesia juga mengalami bencana sosial seperti konflik antar etnis, konflik bernuansa agama di Ambon dan Poso, konflik politis seputar pemilihan kepala daerah, dan korupsi. 

Bencana alam dan sosial itu telah banyak merenggut nyawa dan meninggalkan jiwa yang terluka, trauma, kerugian moral, ekonomi, serta kerusakan fisik yang tidak sedikit jumlahnya. Semuanya ini sering membuat para korban tak berdaya, merasa terkutuk, dan terlempar ke dalam kesuraman hidup seakan sedang berada di sebuah "negeri bencana".

Trauma dan penderitaan itu dialami oleh para korban bukan hanya sebagai pengalaman fisik, psikologis dan sosial, namun juga menjadi pengalaman spiritual. Kita tahu bahwa para korban bencana alam dan sosial itu adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang religius. Maka pengalaman trauma dan penderitaan akibat bencana itu tidak bisa dilepaskan dari perspektif religius. Terjadi suatu pergumulan iman untuk memahami, memberi makna dan mengambil sikap yang tepat terhadap pengalaman tersebut. Tak jarang para korban dihadapkan pertanyaan-pertanyaan seputar keadilan Tuhan, makna penderitaan, kehidupan, dan alam semesta. 

Di sinilah agama beserta tradisi spiritualitasnya mempunyai peranan penting untuk membantu mereka dalam memahami Tuhan, menemukan makna penderitaan dan kehidupan, kehadiran dan penyelenggaraan ilahi di tengah kehidupan alam semesta, serta keselamatan dan kehidupan akhirat. Spiritualitas juga dapat membantu proses penyembuhan gejala traumatis dan psikososial yang dialami oleh para korban musibah, bencana alam dan sosial. 

Dalam konteks inilah, paper ini ditulis untuk melihat sejauh mana peran agama, khususnya tradisi spiritualitas Kristiani dalam proses penyembuhan gejala psikososial. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu spiritualitas kristiani beserta unsur-unsur, tema pokok dan sarana-sarana yang dipakai untuk memperkuatnya.

I. Pengertian Spiritualitas

Ada pluralitas pandangan atau pengertian tentang kata "spiritualitas". Secara umum, "spiritualitas" dimengerti sebagai "kerohanian" (spirit = roh). Kata "spiritualitas" berasal dari kata "spiritualit" (bhs Perancis) yang berarti "corak atau gaya hidup" (lebih menyangkut yang jasmani, namun tidak lepas dari yang rohani). Yang rohani itu dimengerti bukan sebagai lawan yang jasmani, tetapi mempunyai arti "digerakkan oleh Roh Allah". Dalam lingkup Kristen, spiritualitas berarti "hidup dari (kekuatan) Roh". 

Jadi spiritualitas menunjuk pada pengalaman manusia akan kehadiran yang Ilahi ("roh" Allah, rohaniah) dalam kenyataan hidup. Spiritualitas tidak bertentangan dengan dunia (yang ragawi, jasmaniah), tapi justru berkaitan dengan sikap dasar berhadapan dengan kenyataan hidup dalam segala aspeknya (Jacobs: 2002, 233).

Meskipun spiritualitas muncul dari kedalaman hati, namun tidak dimaksudkan sebagai "kesalehan" pribadi. Kekhasannya justru terdapat dalam hubungannya dengan dunia luar atau konteks kehidupan nyata. Dan meskipun berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang, tapi spiritualitas juga sering dihubungkan dengan kelompok atau komunitas tertentu.

Menurut Adolf Heuken, spiritualitas adalah 'cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai orang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti Tuhan menghendakinya'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun