Pernahkah kamu membayangkan membuat satu perubahan kecil, mungkin seperti mengubah tata letak kamar atau mengubah dekorasi rumah. Terdengar mudah, bukan? Sekarang, bayangkan sesuatu yang lebih besar, seperti mengubah tempat kerja, atau mengubah negara tempatmu tinggal. Mulai terasa berat? Mari kita bawa lebih jauh lagi. Bagaimana jika perubahan itu mencakup seluruh pola pikir suatu bangsa? Mengubah stereotip yang telah lama mengakar, atau bahkan sesuatu yang lebih mendalam, seperti identitas nasionalnya?
Kedengarannya cukup mustahil. Mengubah satu orang saja sudah sulit, apalagi mengubah satu bangsa. Namun, itulah yang dilakukan oleh orang ini—bukan dengan perang, bukan dengan senjata, tetapi dengan selembar kain.
Krisis Identitas Vietnam
Awal abad ke-20 adalah masa penuh ketidakpastian bagi Vietnam. Setelah hampir lima dekade di bawah kekuasaan Prancis dan berabad-abad dipengaruhi budaya Tiongkok, negara ini masih mencari identitasnya. Di tengah pencarian inilah seorang seniman bernama Nguyễn Cát Tường, yang dikenal sebagai Lemur, melihat peluang untuk menciptakan identitas bangsanya melalui pakaian.
Baginya, pakaian lebih dari sekadar penutup tubuh. Pakaian adalah cerminan dari siapa kita, bagaimana kita berpikir, dan nilai-nilai yang kita anut.
“Lemur adalah orang pertama yang mengatakan bahwa Vietnam membutuhkan pakaian yang mencerminkan identitasnya.” — Martina Thuc
Lahirnya Ao Dai Lemur
Saat itu, perempuan Vietnam mengenakan áo tứ thân atau áo ngũ thân, sebuah tunik longgar yang dipadukan dengan celana lebar. Pakaian ini praktis, tetapi menurut Lemur, tidak cukup mencerminkan keanggunan dan kekuatan perempuan Vietnam. Ia ingin menciptakan sesuatu yang modern, elegan, dan khas Vietnam.
Maka lahirlah Ao Dai Lemur, versi baru dari Ao Dai dengan potongan lebih ramping, kerah tinggi, dan lengan ketat. Desain ini menonjolkan siluet perempuan tanpa kehilangan kesan anggun dan sopan. Terinspirasi oleh mode Barat, tetapi tetap mempertahankan esensi Vietnam, pakaian ini adalah pernyataan bahwa negara ini bisa memadukan masa lalu dengan masa depan.
Meski revolusioner, desain ini menuai kritik. Banyak yang menganggapnya terlalu terbuka, terlalu Barat, dan tidak cukup mencerminkan budaya Vietnam. Sebagian orang menilai bahwa pengaruh Prancis terlalu kuat, sementara yang lain merasa desain ini terlalu menyimpang dari tradisi.
Lemur tidak menyanggah mereka. Sebaliknya, ia menjelaskan bahwa identitas Vietnam selalu terbentuk dari perpaduan budaya sepanjang sejarahnya. Namun, mengenakan Ao Dai Lemur tetap bukan hal yang mudah bagi perempuan saat itu. Mereka menghadapi kritik keras, bahkan serangan fisik.