Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Serangkai Mencari Suara- suara yang Tidak Didengar

27 Februari 2023   15:13 Diperbarui: 27 Februari 2023   23:53 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan menjadi populis, ingat tugas kita adalah merangkai cerita memperjuangkan keadilan." Kata Tono seorang mahasiswa S1 Progam Studi Politik & HAM, Universjtas Padjajaran.

"Tapi Menurutku, kita selalu di jebak oleh pola- pola pikir yang memecahkan diri dan kelompok kita sendiri, kita tanpa sadar, banyak diri kita mengeklusvikan diri menjadi seorang "Maha" dari "Siswa". Debat Koentji, salah satu perwakilan mahasiswa Progam Studi Sosiologi Desa, Universitas Gajah Mada.

Pada hari itu tanggal 1 April 2021, merupakan hari- hari dimana, perubahan sosial begitu dinamis, tanpa melihat digitalisasi mulai merebak dimana- mana. Hari itu tepat ada Konferensi Cabang, Aliansi Kerja Himpunan Mahasiswa Progam Studi atau yang di singkat AKMPS. Yang diwakili perdaerah untuk menyampaikan keluh kesah di daerahnya sendiri, dan menggagas progam kerja yang berdampak langsung dari masyarakat.t

Sartono dari Aceh, Koentji Jawa Timur, Pane dari Papua, tiga pemuda yang direncakan oleh Tuhan untuk bertemu. Karakteristik yang berbeda- beda justru membawa acara tersebut dalam kehangatan idealisme mahasiswa, Mereka duduk bercengkrama dengan hangat selepas usai rapat dengan mahasiwa lainya. 

Mereka bertiga berdialog bahwa ada kemunduran dari marwah kita sebagai mahasiswa. Pane berucap "Bahwa kita sudah terlalu termanjakan oleh hal- hal yang pragmatik dan instan, misalnya untuk apa kita kuliah? Kemana setelah kita kuliah? Apakah mencari kerja?, Atau melayani masyarakat?.

Mereka bertiga berdebat dengan masalah itu dalam satu tempat duduk, kopi diseduh cangkir berputar, otak berpikir, hati berefleksi, begitulah mahasiswa yang memikirkan mau dibawa dirinya berada, apakah terus- terusan ia berfikir untuk dirinya sendiri. Yang terkadang memang kondisi ekonomi dirinya, tidak begitu mewah. Kekurangan dalam mengampu akademik, Tapi ingatlah tiada yang miskin hanya "cukup" kata kunci suatu standarisasi.

Mereka berdialektika sampai kantung mata tak terasa, Jam menunjukan pukul 12.00, dialog semakin dalam tetapi itu merupakan bagian idealis mahasiswa. Tak perlu khawatir mereka akan tidur jam berapa, tetapi aku yakin dalam tidurnya ia juga bergerak memikirkan nasib bangsa.

Ketika Pagi mulai menyambutnya rapat ke II akan digelar jam 1 siang, mereka bertiga terlambat datang ke acara, karena suatu hal, dari perkataan sartono diskusi malam itu, "Fungsi dari Tridharma perguruan adalah untuk masyarakat, untuk masyarakat dan untuk masyarakat." 

Ternyata mereka semalaman hanya tidur beberapa jam, yang kemudian ketika ayam sudah mulai berkokok, ketiganya menjalani doa dari agama masing- masing. 

Pagi harinya mereka ternyata lebih asyik bercengkerama dengan masyarakat sekitar, menanyakan soal tuntan aksi perangkat desa untuk perpanjangan 2 tahun lagi, bagi rakyat kecil kebijakan itu tidak berpengaruh pada kondisi ekonominya, hanya saja beberapa orang menjawab " kami hanya ingin karya yang bagus untuk kita rakyat kecil, bukan kepemimpinan atau kekuasaan kelanggengan mereka"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun