Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berhentilah Menjadi Diri Sendiri

16 November 2022   16:15 Diperbarui: 17 November 2022   01:13 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Pagi terlalu bersemangat untuk menampilkan acara televisi yang tidak jelas, seputung rokok telah merambat di depan kasurku, jam yang terus membuat bising pendengaran, mengalihkan pikiran yang terbakar, ternyata kamarku sedang kebanjiran. Aku berdiri menganggap itu hal yang lumrah terjadi seorang yang beranjak dewasa. Mataku sayup- sayup membanting jam yang tidak henti- hentinya mengejekku perihal waktu. Setiap hari umurku termakan kasur yang empuk. Tanpa banyak tanya ada apa?. Nasi sudah menjadi bubur, makanlah seadanya !. Punggungku terasa berat sebab debu- debu kasur menempel menuntunku untuk tetap diatas panggung. Seperti biasa menari, tertawa, bahagia itulah yang diinginkan.

        Aku benci dengan kebahagiaan, sebab terlalu banyak embun yang hilang sebab terik panas yang merajalela, tetapi jika sudah malam tiba, daun- daun kerap kali basah pipinya. 

     Membaca buku tentang pengembangan diri (self improvement) kata orang- orang membuat kita menjadi bersemangat, itu hal yang bodoh !, Kapan manusia tetap terus bersemangat untuk tumbuh?, Barangkali tubuhnya telah terpecah dari kegagalan dan kekecewaan, ya itulah kejujuran yang semestinya, berdiam diri mematung menghadap ke atas langit yang tidak konsisten, yang kadang berawan, kadang biru cerah, kadang mendung, atau pelangi, tidak bisa ditebak sama sekali. Yang paling menjengkelkan adalah kata- kata yang lepas terbang dari seorang pembual yang sehari- harinya tersandung bebatuan, dan tubuhnya luka- luka, "Jadilah diri sendiri, niscaya kamu bahagia" itulah katanya.

         Kata- kata yang seperti kapas terbang, terbakar badai diatas awan, jatuh di pikiran manusia tinggal debu yang gosong. Barangkali ia sendiri tidak tahu siapa sebenarnya dia, mendaki lautan yang gersang, menyelam perbukitan yang tumpul, menjelajah tanah yang rapuh. Berucap diatas kata- kata bukanlah pistol yang sekali tembak langsung tembus ke targetnya, kadang meledak di tengah jalan. Menjadi diri sendiri adalah menyalakan api untuk menjadi debu,  karena jalan tak selalu lurus, berbelok, terjal, singkat tetapi kadang juga banyak yang buntu. 

     Aku lebih suka minum kopi atau apalah yang membuatku kecanduan seperti burung yang berkicau di setiap pagi hari minum ekstasi, seseorang yang menyalakan televisi lalu membakarnya, atau tenggelam dalam taman bunga yang kotor, tertawa lalu mati, dan memancing dengan umpan sandal, terserah apapun itu, asal tidak menjadi diri sendiri. 

        Jam tidur yang tidak teratur, sarapan yang tidak menentu, jam produktif yang terkadang- kadang, seperti itulah dewasa ibarat melewati samudera memakai pelampung bebek, jika dipaksakan kemungkinan akan tenggelam, lebih baik tidak menjadi lebih, atau baik, terkadang pengakuan tidak selalu dari kenyataan. 

       Maafkan Tuhan aku lebih asyik bermain tebak- tebakan atau bermain petak umpet denganmu. Daripada menjadi orang bahagia yang menyimpan luka di dasar tambang bebatuan hati. Aku lebih suka menjadi anak kecil, yang terjatuh ketika hujan- hujanan tetapi tetap tegak bermain kembali, anak kecil itu ikhlas apapun temanya mencuranginya, ia akan bertindak sesuai teknis permainanya. Dan setelah bermain magrib menjulang ibu mencariku, di dalam puisi harapan sampai menyuapiku makan walau malam sudah datang. Ibu menyuruhku untuk istirahat, tetapi beda dengan kini, kenyataanlah yang membuatku istirahat.

        Jangan sok bicara gak ngapa- ngapain mau jadi apa?, Setiap film pastilah ada skenarioscenario yang dibuat sutradara, aktor hanyalah memainkan apa yang perlu dimainkan dalam sebuah plot cerita, menjadi ini, menjadi itu,  menjadi diri sendiri, kata- kata yang sebenarnya bukan diinginkan seorang aktor, aktor hanya bersifat pragmatik, yakni menginginkan upah yang ia jalani di dalam film, realistis saja, hanya itulah yang ia harap untuk melanjutkan kehidupanya, mencari uang untuk makan. Seperti Itu Tuhan aku terkadang, tetapi upah yang kuharap bukan tentang surga dan neraka, yang sekarang masih fiksi, tetapi aku percaya. Aku hanya ingin apa yang ada di hatiku semakin tegak di atas  hujan kebasahan, diatas panas kekeringan, di atas dingin bersalju, diatas badai angin taufan, dan apapun itu. Hanya kau dan aku yang tahu.

        Sedikit bercerita tentang hari ini, menjadi diri sendiri tidaklah asyik, tapi menjalani diri sendiri itulah kewajiban, pasang surut pantai bukan hal yang menakutkan bagi sebuah pohon kelapa, tetapi menjadi tempat berteduh(berbuat baik) orang itulah sebuah amal. Kita tidak pernah akan menjadi diri sendiri sebelum menjalani diri sendiri "Primum vivere deinde philosophari" kata- kata pengemis jalanan kehidupan, "Dahulukan hidup, kemudian mencari kebenaran". Mandi terus memakai jas untuk kuliah, duduk dibangku diam sendiri, menikmati hujan di jendela, lakukanlah apapun itu yang membuatmu tenang, asal jangan Jahat !

       Aku seorang tuna rungu, yang bisu akan pendengaran manusia, tetapi aku mendengar kebaikan apa yang mereka katakan, karena ayahku menuntun jalanku ketika kecil, hingga sampai aku bisa berlari dengan kencang di penghujung finish sana. Katanya jika kamu bisa berlari, berlarilah jangan sampai jatuh, tetapi aku tetap jatuh juga, dan menangis terisak- isak. Kata ayah "Tidak apa- apa kehidupan memang begitu, jalanilah". Aku ingin menjadi ayah :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun