Dalam pelajaran Sejarah Indonesia, kita diceritakan mengenai dua pemberontakan yang dilakukan oleh partai aliran kiri terbesar di Indonesia saat itu, yakni PKI. Pemberontakan pada tahun 1965 tak ayal meninggalkan trauma yang sangat mendalam bagi masyarakat Indonesia, mengingat betapa banyaknya korban penting yang berjatuhan. Bahkan Pemerintah RI pun sampai mengeluarkan TAP MPRS/XXV/1966 berisi pelarangan paham sosialisme di Indonesia.
Trauma ini tampaknya masih terbawa hingga masa kini. Dapat kita lihat bahwa pada tahun-tahun terakhir di mana isu kebangkitan PKI terus digaungkan tiap tahunnya, lagu “Genjer-genjer” yang sangat tabu untuk dimainkan, kiri sedikit dicap komunis, dan sebagainya. Namun, apakah sosialisme memang sedemikian negatif?
Sebenarnya, tanpa kita sadari, ada beberapa ide sosialisme yang berperan dalam menjaga keutuhan dan kesejahteran negara kita. Berikut penulis suguhkan beberapa hal berunsur sosialisme yang masih kita rasakan manfaatnya, tanpa menyangkal bahwa komunisme telah meninggalkan luka mendalam dalam sejarah Indonesia, serta tidak sepenuhnya cocok diberlakukan di tempat manapun
1.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Merasa tidak asing dengan kalimat tersebut? Ya, itu adalah sila kelima Pancasila yang mengambil unsur serasa-senasib sesama manusia. Tahukah kamu bahwa gagasan tersebut merupakan gagasan dasar dari sosialisme?
Gagasan ini terinspirasi dari kesenjangan sosial yang besar yang terjadi di Eropa pada masa revolusi industri. Seperti yang dikemukakan Karl Marx dalam buku termasyhurnya, Das Kapital, bahwa masyarakat terbagi menjadi dua, dimana kaum Borjuis menjadi penguasa dan kaum Proletar sebagai pekerja yang tertindas.
Dari sini, timbullah keprihatinan dan perasaan serasa senasib dengan pihak proletar, sama seperti semangat rakyat kita dalam melawan sistem penjajahan dikala itu. Maka, para pendiri bangsa kita pun mengadaptasinya dalam sila kelima Pancasila ini. Terbukti bahwa ketiga usul dasar negara dalam kisah perumusan Pancasila menyertakan gagasan ini.
2.Tunjangan Hari Raya
Tiap tahunnya, hal yang ditunggu-tunggu para buruh di Indonesia adalah hari raya, dimana selain merayakan hari tersebut mereka juga merayakan kondisi dompet mereka yang menebal lebih dibandingkan di hari lain.
Tunjangan Hari Raya merupakan gaji khusus yang hanya diberikan di hari raya. Pada awalnya, tunjangan ini diusulkan oleh Soekiman Wirjosandjojo, politikus MASYUMI yang menjabat sebagai perdana Menteri pada 1951-1952 dan hanya diperuntukkan bagi PNS serta aparatur negara. Hal ini mulai diterapkan dengan keluarnya PP No. 27 tahun 1954.
Tentu saja hal ini terasa tidak adil di mata buruh, mengingat betapa kerasnya pekerjaan yang mereka lakukan demi menghidupi keluarganya, terlebih situasi ekonomi kala itu sedang penuh ketidakstabilan. Tak heran mereka melakukan beberapa demonstrasi baik di orde lama maupun orde baru demi mendapat hak yang sama pula dengan Aparatur Negara.