Mohon tunggu...
Krisna Hermawan
Krisna Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencari Ilmu

Ingin menjadi manusia biasa yang berguna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN UNS Lakukan Berbagai Macam Cara Pengendalian Hama Tikus

3 September 2021   08:30 Diperbarui: 6 September 2021   10:46 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DokumenKegiatan/AplikasiPengendalianHamaTikus

Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen merupakan wilayah agraris yang mayoritas pekerjaan utama masyarakatnya adalah petani. Masalah utama yang dialami petani di Desa Jatibatur yaitu banyaknya hama tikus yang menyerang tanaman khususnya komoditi kacang tanah sehingga tak jarang budidaya mengalami kegagalan. Hal inilah yang membuat mahasiswa KKN UNS kelompok 265 dibawah bimbingan Dr. Dwi Prasetyani, S.E., M.Si. yang ditugaskan di Desa Jatibatur tergerak untuk berusaha membantu mengendalikan hama tikus tersebut.

Menurut Bapak Sutardi selaku kepala desa bahwa hama tikus menjadi permasalahan utama pertanian di Desa Jatibatur selama 2 tahun terakhir ini. Dalam penuturannya juga sudah dilakukan pengendalian hama tikus oleh para petani diantaranya menggunakan racun tikus, perangkap tikus, dan pengemposan. Namun, beberapa cara tersebut dirasa masih kurang efektif karena tikus bisa beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan pengemposan memerlukan biaya yang cukup tinggi dan sering kurang tepat sasaran dalam aplikasinya. Berbekal ilmu yang didapatkan dari perguruan tinggi, mahasiswa KKN berupaya mengendalikan hama tikus dengan cara baru yang saling melengkapi dan dilakukan secara bersamaan.

Pengendalian hama tikus dilakukan menggunakan pestisida nabati, racun tikus, dan perangkap tikus. Pestisida nabati yang digunakan berbahan dasar daun sirsak dan buah jengkol karena kedua bahan tersebut mengandung senyawa kimia yang tidak disukai tikus sehingga dapat mengusir tikus. Racun dan perangkap tikus dipilih sebagai upaya menangkap dan mengurangi populasi tikus yang targetnya adalah tikus yang mencari makan setelah pindah dari lahan yang telah disemprot pestisida nabati. Racun tikus yang digunakan memiliki bahan aktif yang dapat memancing koloni tikus untuk memakan racun tersebut. Setelah 2-3 hari memakan racun, tikus akan mati kering dan tidak berbau.

Pembuatan pestisida nabati sangat mudah dilakukan karena menggunakan dasar daun sirsak dan buah jengkol yang umumnya mudah ditemukan. Pestisida nabati daun sirsak dibuat menggunakan daun sirsak segar yang telah ditumbuk dan direndam dengan etanol 96% selama 2 hari agar zat kimia dalam daun keluar. 

Setelah 2 hari saring ampas daunnya kemudian ambil airnya. Pestisida nabati buah jengkol lebih mudah lagi untuk dibuat karena hanya mengupas kulit buah jengkol kemudian merendam buah dengan air. Setiap 800 gram buah jengkol direndam dengan 1 liter air selama 2 hari hingga zat-zat yang ada pada buah jengkol akan keluar dan air akan berbau tidak sedap. Buah jengkol yang telah direndam juga dapat digunakan untuk pestisida nabati hanya dengan menumbuknya menjadi kecil-kecil dan langsung dimasukkan ke lubang tempat tinggal tikus.

Aplikasi pengendalian hama tikus dilakukan pada Jumat, 27 Agustus 2021 pukul 16.00 WIB di lahan sawah Bapak Supriyanto. Pengendalian dilakukan sore hari karena tikus aktif makan pada malam hari. Selain itu, agar pestisida nabati yang telah disemprotkan tidak cepat menguap. Serangan tikus cenderung menurun setelah dilakukan pengendalian dan 3 hari kemudian ditemukan 3 tikus yang mati. Kemungkinan ada beberapa ekor tikus mati yang tidak ditemukan karena memang tidak berbau sehingga sulit ditemukan.

Penggunaan pestisida nabati merupakan alternatif pengendalian hama tikus yang murah dan ramah lingkungan. Namun apabila serangan hama tikus sudah cukup tinggi dan dapat menyebabkan gagalnya budidaya, maka penggunaan zat kimia berupa racun tikus dapat dilakukan. Pengendalian menggunakan beberapa cara yang dilakukan secara bersamaan ini juga sangat tergantung pada waktu dan cara aplikasinya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas berbagai macam cara pengendalian yang telah dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun