Mohon tunggu...
Krisna Aditya
Krisna Aditya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Menulis dan melihat apa yang sedang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Sense of Belonging" yang Selalu Tumbuh dalam Komunitas Masjid Kampung Jogokaryan

24 Maret 2021   20:06 Diperbarui: 24 Maret 2021   20:23 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunitas adalah kesatuan sosial yang memiliki kesamaan seperti norma, agama, nilai, adat istiadat atau identitas. Komunitas dapat terbagi menjadi berdasarkan tempat atau letak yang berada di wilayah geografis tertentu maupun karena perjalanan religi seorang pendiri yang ingin menyebarkan kebaikan agamanya lewat komunitas dan menyadarkan orang-orang disekitarnya untuk selalu ingat kepada Tuhannya. 

Hubungan yang tahan lama dapat melampaui ikatan silsilah langsung, juga dapat menentukan rasa komunitas, hal ini penting untuk identitas, praktik, dan peran mereka dalam institusi sosial seperti keluarga, rumah, pekerjaan, pemerintah, masyarakat, atau kemanusiaan pada umumnya.

Meskipun ikatan komunitas biasanya relatif kecil dibandingkan dengan ikatan sosial pribadi, komunitas juga dapat berafiliasi pada grup besar yang berskala nasional, internasional, bahkan komunitas virtual yang dapat menjangkau berbagai macam lapisan masyarakat yang punya kesamaan pemahaman. 

Kata "komunitas" dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin, yaitu "community", "public spirit".  Komunitas yang beranggotakan manusia dapat mempunyai keyakinan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, dan risiko yang sama untuk mencapai tujuan yang sama sesuai dengan identitas terbentuknya komunitas yang bersangkutan.

Jika ditelisik dari penjelasan saya diatas tadi, kita dapat melihat sebuah komunitas yang berasal dari Yogyakarta, yaitu Komunitas Masjid Kampung Jogokaryan yang terbentuk karena ingin menghapuskan paham kampung Jogokaryan yang dimasa tahun 1960an menjadi basis pendukung PNI dan PKI. Adalah Romo Dullah yang pertama kali memulai dakwah di kampung tersebut dengan melakukan kepada anak-anak melalui pengajian yang diberi nama Arisan Dana Sosial (ADS). 

Pasca gerakan dakwah Romo Dullah, kemudian dibangun Masjid Kampung yang mempunyai Takmir bernama Bapak Muhsin. Beberapa tokoh perintis pertama dapat dikatakan mempunyai bagian tersendiri, ialah Bapak Marto Harsono, Bapak Zarqoni, Pak Khamid, Rizki, dan Bapak Sukirman. Berdasarkan data yang saya dapakan juga, Rizal yang menjadi salah seorang ustadz dan anggota takmir, menyatakan bahwa alasan mengapa Jamaah Jogokaryan selalu bergerak linear adalah regenerasi Pengajian Anak-Anak Jogokaryan yang selalu bertransformasi menjadi berbagai bentuk modelnya setiap periode historik atau dalam perjalanannya. Hal inilah yang membuat rasa paguyuban seiman semakin kuat karena ditanamkan sejak dini.

Perubahan sosial yang sering terjadi di sebuah komunitas, termasuk Komunitas Masjid Kampung Jogokaryan ini memang lumrah terjadi. Perubahan sosial melibatkan perubahan tatanan sosial suatu masyarakat. 

Definisi perubahan sosial dapat merujuk pada gagasan kemajuan sosial atau evolusi sosiokultural,  gagasan filosofis bahwa masyarakat bergerak maju dengan cara evolusioner. Hal ini menurut saya merujuk pada perubahan paradigmatik dalam struktur sosial-ekonomi yang juga tidak lupa perubahan globalisasi yang memungkinkan teknologi masuk dan dipakai dalam sebuah komunitas untuk menyebarkan segala kegiatan maupun ke"awas"an masyarakat sekitar. 

Jika dilihat dengan Teori Fungsionalis yang menyatakan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur unsur kebudayaan dalam masyarakat serta ternyata bermanfaat dan bersifat fungsional, maka perubahan ini akan diterima di masyarakat komunitas.

Seperti yang terjadi di dalam Komunitas Masjid Kampung Jogokaryan ini, misi awal dari takmir Jogokariyan menanamkan sejak dini  kepada anak-anak "Ideologi Kemasjidan" yang membuat anak-anak betah di Masjid, tidak hanya shalat dan mengaji, tetapi juga bermain. 

Menurut saya, ini adalah salah satu bagaimana komunitas ini menjaga "sense of belonging" diantara Jamaah dan Masjid dan tak lupa juga Tuhan yang selalu mereka puji dan sembah. Sehingga perubahan sosial yang terjadidi dalam komunitas di setiap periodik kepengurusannya selalu diterima dan selalu dapat menjaga kestabilan dan selalu terintegrasi satu sama lain.

SUMBER:

Arrozy, Ahmad M. 2016. Perubahan Sosial Komunitas Masjid Kampung Jogokariyan YogyakartaTinjauan Sosiologi-Sejarah. Jurnal Analisa Sosiologi. 5(1): 92-112.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun