Mohon tunggu...
Krisna Murti
Krisna Murti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rajin Menabung

Bismillah kaya raya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Indonesia dan Net Zero Emission, Bagaimana Kesiapan Menghadapinya?

24 Oktober 2021   19:51 Diperbarui: 24 Oktober 2021   19:53 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernahkah kalian mendengar apa itu Net Zero Emission? Terus kalian tau nggak sih pentingnya Net Zero Emission ini? Oke pada artikel berikut ini akan dibahas apa itu yang namanya Net Zero Emission ini atau yang sering disingkat dengan NZE.

Net-zero emissions (nol karbon) adalah nol bersih emisi yang pengertiannya tidak mengacu pada berhentinya manusia memproduksi emisi,karena secara alamiah manusia memang tidak bisa berhenti untuk menghasilkan emisi. Mengapa demikian? Karena ketika manusia bernafas akan menghasilkan zat yang bernama karbon dioksida (CO2).Emisi dari karbon ini apabila dikalikan dengan jumlah seluruh populasi manusia maka akan berkontribusi sebesar 5,8% terhadap emisi karbon tahunan di atmosfer.

Dalam hal ini nol bersih emisi adalah emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tidak ada yang menguap di atmosfer.Secara alamiah emisi karbon dapat diserap oleh pohon, laut, dan tanah. Melalui reaksi kimia yang kompleks, pohon, perairan, dan tanah memproses emisi karbon itu dalam siklus fotosintesis. CO2 yang bercampur dengan zat dan gas lain akan membentuk reaksi kimia yang melepaskan karbon dan oksigen. Oksigen tentu dibutuhkan mahluk hidup, karbon diperlukan untuk tanaman tumbuh hingga menjadi bahan dasar logam.

Emisi yang menguap ke atmosfer akan menyebabkan efek rumah kaca yang berlanjut ke pemanasan global. Apabila efek rumah kaca ini terus berlanjut maka pemanasan global akan menjadi masalah yang lebih serius bagi makhluk hidup di bumi , baik itu manusia,hewan, maupun tumbuhan.

Menurut para ahli, karbon akan tetap bertahan di atmosfer selama 10.000 tahun, artinya apabila net-zero emissions ini tercapai atau bahkan jika semua negara tidak memproduksi emisi sama sekali, pemanasan global akan tetap terjadi akibat emisi yang diproduksi beberapa abad terakhir dan hari ini. Maka dari itu, dunia sedang mengusahakan untuk meminimalkan emisi dan mencari solusi yang efektif serta efisien demi keberlangsungan hidup makhluk di bumi.

Net zero emission ini mengemuka sejak adanya COP 21 di Paris yang menghasilkan Paris Agreement yang mewajibkan setiap negara menyampaikan target penurunan emisinya yang disebut dengan Nationally Determined Contribution (NDC) yang pelaksanaannya dimulai tahun 2020 yang lalu. Rangkaian proses inilah yang perlu dipahami dahulu oleh setiap orang untuk sampai kepada NZE dan tidak gagal paham tentang isu perubahan iklim secara keseluruhan.

Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement melalui Undang-undang nomor 16 tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim). Berikutnya adalah beberapa target dan dokumen yang telah dicanangkan sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon  (Low Carbon Development Indonesia/LCDI) diluncurkan oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada Oktober 2017.Inisiatif ini bertujuan untuk secara eksplisit memasukkan target pengurangan emisi ke dalam perencanaan kebijakan,disertai berbagai intervensi untuk melestarikan dan memulihkan sumber daya alam.

Menurut skenario Bappenas, Indonesia bisa mencapai NZE tahun 2045 atau 2050 asalkan paling lambat tahun 2027 sudah terjadi 'peak', artinya jumlah emisi CO2 mencapai jumlah maksimal pada tahun tersebut, dan setelah itu harus turun. Keterlambatan satu tahun saja dalam menurunkan emisi, bisa menyebabkan NZE mundur 5 -- 10 tahun. Bila peak baru dicapai tahun 2033-2034, maka NZE akan terjadi pada tahun 2060-2070.

Analisis dari Institute For Essential Service Reform (IESR) menunjukkan bahwa Indonesia mampu mencapai netral karbon sebelum tahun 2050, antara lain dengan menekankan emisi karbon di sektor pembangkit listrik, transportasi, dan industri yang berkontribusi total 406,8 juta ton CO2e atau sekitar dari 93% dari total emisi sektor energi pada tahun 2015. Sektor kehutanan, restorasi gambut,pertanian,penggunaan lahan dan energi harus menjadi fokus garapan pemerintah karena sangat menentukan arah mana yang akan dituju pada tahun 2050.

Indonesia telah berkomitmen melaksanakan pembangunan rendah karbon dan menargetkan NZE tahun 2050.Berbagai tantangan dihdapi dalam mewujudkan hal tersebut, terutama dengan tingginya emisi karbon dari deforestasi,pembakaran bahan bakar fosil untuk energi, dan kebakaran lahan gambut. Oleh karena itu untuk mencapai target NZE ini, berbagai strategi,program dan kebijakan untuk menekan emisi dari berbagai sektor sangatlah penting. Penguatan dalam menekan laju deforestasi, restorasi gambut dan pembangunan green energy merupakan langkah yag penting dan perlu segera diwujudkan.

*)Penulis menulis artikel ini berdasarkan jurnal dan artikel yang telah terbit di internet sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun