Melamar suatu pekerjaan saat ini tergolong sulit. Tidak hanya saat ini juga sih. Puluhan tahun sebelumnya para tenaga kerja selalu kesulitan mendapatkan lowongan pekerjaan.
Masih lekat dahulu membaca syarat-syarat dalam suatu lowongan pekerjaan. Mereka hanya menerima calon karyawan yang berpengalaman. Tidak tanggung-tanggung, pengalaman yang diminta cukup panjang. Misalnya 3 hingga 5 tahun.Â
Saya bahkan sering tertawa sendiri karena merasa pesimis dengan persyaratan yang diminta. Retorika yang muncul adalah, bagaimana bisa orang memiliki pengalaman pekerjaan jika tidak diberikan kesempatan bekerja.
Atau, jika sudah bekerja dan memiliki pengalaman, kemudian terbuka peluang bekerja di tempat lain. Secara tersirat, seolah-olah ada upaya untuk "membajak" tenaga kerja di perusahaan lain. Mungkin, hal itu dianggap sah-sah saja.Â
Namun, seringkali terpikir bahwa persyaratan kerja ditentukan secara maksimal, tetapi upah yang ditawarkan seringkali minimal.
Dalam tulisan ini, saya mencoba memberikan pendapat pribadi dan menggambarkan secara singkat mengenai situasi para pekerja dengan tuntutan persyaratan kerja yang maksimal, akibat yang ditimbulkan, upah minimum, dan refleksi yang mungkin bermanfaat untuk perbaikan sistem pengupahan di masa depan.
Alasan Persyaratan Kerja Maksimal
Diakui bahwa persyaratan kerja yang maksimal sangat penting bagi sebuah perusahaan ketika merekrut calon karyawannya. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang dipekerjakan memenuhi standar yang dibutuhkan oleh perusahaan.Â
Beberapa alasan dalam menentukan persyaratan kerja berikut ini memang penting. Persyaratan kerja yang maksimal membantu perusahaan mendapatkan kandidat karyawan yang berkualitas.
Dengan menetapkan kriteria yang jelas, proses rekrutmen menjadi lebih efisien. Perusahaan dapat menyaring pelamar yang memiliki keterampilan, pengalaman, dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan kerja.