Dalam beberapa pengalaman, saya terkejut ketika ada seorang anak SD yang berbicara tidak sopan kepada orang tuanya. Tidak ada teguran dari orang tuanya. Ia membiarkan perbuatan anaknya itu terjadi berulang-ulang.
Ada juga anak yang hanya bisa diam saja ketika melihat teman-temannya bermain. Ada lagi, anak kecil yang suka melanggar aturan, suka berbohong, dan bersikap tidak sopan kepada gurunya.Â
Pun demikian, ada juga anak yang tidak mampu bersikap mandiri dalam beberapa hal seperti merawat diri atau mengatur diri sendiri.
Anak seolah tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan dasar (baca:Â life skill) yang berkaitan dengan dirinya, terkesan kurang tata krama, dan kurang memiliki daya juang terhadap tantangan hidup yang dialaminya.
Melihat semua peristiwa ini, pertanyaan yang muncul adalah apa yang salah dalam pola didik orang tua zaman sekarang. Saya tergoda untuk mengulasnya secara singkat dari perspektif pribadi. Tentu saja, tulisan ini tetap melibatkan pendapat-pendapat para ahli.
Hal-hal yang saya ulas dalam tulisan ini berkaitan dengan gaya mendidik orang tua, kelebihan dan kekurangannya, tantangan orang tua, dan strategi menanamkan pendidikan moral yang dilakukan orang tua dahulu dan sekarang.
Saya mencoba membandingkan pengalaman kedua orang tua saya dan beberapa orang tua dari teman-teman saya dalam mendidik anak-anak mereka.Â
Pengalaman ini lalu saya bandingkan dengan pengalaman orang tua zaman now dalam mendidik anak-anak mereka. Ada yang masih sama, tapi umumnya dikaim berbeda jauh.Â
Saya pun mencoba menganalisa, mana gaya pendidikan yang efektif diterapkan di zaman sekarang. Apakah gaya pengasuhan anak dahulu buruk atau gaya pengasuhan anak yang modern lebih baik?
Saya melihat bahwa perbedaan gaya mendidik orang tua dahulu dengan orang tua zaman sekarang sangat mencolok. Perbedaan ini terutama terlihat dalam pendekatan didikannya, penerapan disiplinnya, dan sumber informasi yang digunakan dalam mendidik anak-anaknya.