Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahagia Itu Sederhana, Semudah Memberi dengan Ketulusan

30 Desember 2020   14:32 Diperbarui: 30 Desember 2020   14:48 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://www.jne.co.id/

Pengalaman Kecil nan Berkesan

Beberapa bulan lalu, saya merasa kesulitan untuk mencari buku di beberapa toko buku pilihan saya.  Setelah pada akhirnya saya menemukan buku yang saya cari, saya pun menyelesaikan pembayarannya. Penuh harap dan sedikit cemas menanti kapan datangnya buku tersebut. Maklum, buku itu adalah buku wajib yang harus saya miliki untuk syarat penulisan tugas akhir saya. Tidak terpikir sedikitpun, perusahaan pengiriman apa yang akan digunakan oleh si penjual buku.

Hal yang tidak saya duga adalah kabar dari rumah yang memberi tahu  bahwa ada paket JNE untuk saya. Sungguh tiada terpikir bahwa itu adalah buku pesanan saya. Rasanya tak mungkin pesanan kemarin akan sampai hari ini. Surprise rsanya, ketika sore hari sepulang kerja, mendapati bahwa isi paket adalah buku yang saya pesan. Benarkah JNE sedemikian cepatnya.

Kiriman ini mengubah persepsi saya tentang layanan JNE sebelumnya yang menurut saya "agak lambat". Namun kali ini, saya merasa "diperlakukan istimewa" oleh JNE karena memahami keperluan saya yang mendesak itu.  Jika saya boleh mengibaratkan, momen itu seperti seseorang yang berbagi air pada orang yang kehausan. JNE telah berbagi kebahagiaan bersama saya.

Saya bahkan mencoba jasa pengiriman JNE melalui agen JNE yang berada tak jauh dari rumah, semata untuk memastikan kualitas pelayanannya. Memang, pelayanan yang diberikan tidak mengecewakan. Sebagai customer, saya merasa bahwa JNE telah berbagi kebahagiaan bagi pelanggannya. Ini prestasi baik bagi JNE yang terus berkembang.

Bahagia Itu Sederhana

Saya teringat akan sebuah kisah tentang persembahan seorang janda miskin. Ia dengan tulus memberikan  dua keping uang miliknya untuk dipersembahkan sebagai dermanya. Sementara tidak jauh darinya, seorang kaya menyerahkan sekantung penuh uang perak sebagai dermanya.

Dua keping uang milik janda miskin itu adalah harta satu-satunya. Dengan uang tersebut, ia tentu dapat membeli makanan untuk dirinya. Namun, hal itu tidak dilakukannya. Di pihak lain, sekantung penuh uang perak itu adalah sebagian harta yang dimilik oleh orang yang kaya itu. Keduanya sama-sama menunjukkan tindakan menyantuni.

Tindakan janda miskin itu selalu saya jadikan bahan refleksi dan pembelajaran. Janda miskin itu memberi seluruh miliknya yang menggambarkan seluruh hidupnya untuk hidup orang lain. Sedangkan orang yang kaya itu hanya memberikan sebagian kecil dari miliknya itu bagi orang lain. Keduanya tampak sama-sama menyantuni atau berderma. Pertanyaan retoriknya adalah: Siapakah yang memberi paling banyak?

Gambar: https://www.jne.co.id/
Gambar: https://www.jne.co.id/

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh kebahagiaan atau rasa bahagia. Seseorang memperoleh rasa bahagia bukan karena melakukan hal-hal yang fantastis saja. Bahagia juga dapat diperoleh dengan cara sederhana, mudah bahkan murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun