”Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi!”
(Taufiq Ismail, Karangan Bunga, 1966)
Ada artikel dari Arako di forum kompasiana.com, menurutnya, istilah “floriografi” (bahasa bunga) adalah suatu bentuk komunikasi yang menggunakan bunga atau rangkaian bunga. Sebagai bahasa simbol, bebungaan lebih luwes menembus batas-batas yang semula kaku, angker, dan tak terjamah. Sudah banyak peristiwa berbagi bunga dalam peringatan momen-momen tertentu, pembagian bunga selalu memunculkan kegembiraan, minimal keharuan. Berita 1000-an karangan bunga yang dikirim untuk Ahok & Djarot menimbulkan reaksi beragam sebab pihak yang diberi mengalami kekalahan dalam kontestasi pilkada DKI.
Namun, seperti puisi Taufiq Ismail, anak-anak kecil pun berduka dengan bunga untuk kematian kakak (mahasiswa) yang berdemo pada tahun 1966-an. Seribuan karangan bunga yang bertebaran di halaman balai kota Jakarta, sebagian di jalan-jalan, tidak bermaksud duka, sebaliknya: cinta kasih selalu menang dengan caranya tersendiri! Seandainya sampeyan tidak percaya dengan bahasa bunga, tutuplah mata dan pergilah sejauh-jauhnya dari arena – atau bisa lebih sportif dengan memeriksakan kornea ke dokter mata, hahaha!