Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budaya dan Tradisi di Danau Toba: Antara Cemas dan Harapan

14 September 2021   21:24 Diperbarui: 14 September 2021   21:39 2811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada hakikatnya, manusia tak pernah dapat dipisahkan dari kebudayaanya. Dalam bahasa Amandus Klau, setiap manusia adalah ayah sekaligus anak dari kebudayaannya. Sebagai ayah, manusia adalah pencipta kebudayaanya. Sementara, sebagai anak, manusia dibentuk dan dibesarkan oleh suatu kebudayaan tertentu, yang diwariskan turun temurun.

Konsep yang pertamai -- manusia sebagai ayah dari suatu kebudayaan -- mengarah pada makna etimologis dari kata budaya itu sendiri, yakni akal atau budi (kata "budaya" berasal dari kata bahasa Sanskerta Buddhayah, yakni bentuk jamak dari kata Buddhi, yang artinya budi atau akal). Kebudayaan adalah hasil karya akal atau budi manusia, mulai dari sistem gagasan, bahasa dan karya seni, hingga peralatan yang dibutuhkan untuk memudahkan aktivitas hidup manusia. Sedangkan, konsep yang kedua merujuk pada realitas kebudayaan sebagai seperangkat nilai dan lain sebagainya, yang diwariskan turun temurun, bersifat mengikat, dan yang membuat satu kelompok masyarakat berbeda dari masyarakat lainnya (Alex Sobur: 2014, hal. 97-99). Dengan demikian, tak dapat dimungkiri, setiap daerah pasti memiliki budayanya tersendiri.

Budaya ini acapkali dianggap sebagai tradisi dalam masyarakat (Oxford Dictionary mengartikan tradisi selain sebagai "a belief, custom or way of doing something has existed for a long time among a particular group of people" (kepercayaan, kebiasaan atau cara melakukan sesuatu yang telah ada sejak lama di antara sekelompok orang tertentu), juga sebagai "a set of these beliefs or customs: religions/ cultural/ literary tradition" (seperangkat keyakinan atau adat istiadat yang terdiri dari: agama, budaya, tradisi sastra).

Tradisi ini bisanya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ada tradisi daerah yang diturunkan secara lisan maupun tulisan.

Sekilas tentang Danau Toba dan Budanyanya

Danau Toba adalah gambaran keajaiban alam dunia yang luar biasa. Danau kawah yang sangat besar ini terdiri dari sebuah pulau yang hampir seukuran Singapura di tengahnya. Dengan luas lebih dari 1.145 km persegi, dan kedalaman 450 meter, Danau Toba sebenarnya lebih seperti lautan. Ini adalah danau terbesar di Asia Tenggara dan salah satu danau terdalam di dunia.

Masyarakat sekitar danau Toba sendiri, memiliki tradisi luhur yang diwariskan dari nenek moyang. Misalnya, tarian Tor-Tor. Tarian tradisional ini biasanya dibawakan dalam perayaan-perayaan seperti saat panen raya atau upacara pernikahan. Namun, menurut sejarah, Tari Tor-Tor digunakan dalam ritual untuk memanggil roh dan 'menjalankan' mereka ke patung-patung batu, yang didirikan sebagai simbol leluhur.

Selain itu, ada wayang kayu bernama Sigale-gale yang menjadi daya tarik wisata di Pulau Samosir karena nilai mistis dalam mitos dan kepercayaan yang melingkupi wayang itu sendiri.

Penduduk setempat percaya bahwa Sigale-gale dapat meratap dan menari sendiri tanpa musik. Ada juga yang mengatakan bahwa Sigale-gale hanya bisa ditaruh di peti mati. Arca ini juga biasa digunakan dalam upacara kematian keluarga di daerah Samosir karena tari Sigale-gale dipercaya oleh warga sekitar untuk mengantarkan arwah orang yang sudah meninggal ke alam baka (https://www.indonesia.travel/gb/en/destinations/sumatra/lake-toba, diakses pada 14/9/2021).

Budaya dan Tradisi di Danau Toba: Antara Cemas dan Harapan

Meski tidak pernah berkunjung ke Danau Toba, sebagai generasi muda yang peduli dengan budaya tradisional, saya memiliki dua perasaan sekaligus: cemas dan harapan (Kamus Besar bahasa Indonesia versi online mendefinisikan cemas sebagai perasaan hati yang merasa sangat gelisah (takut, khawatir), sementara harapan adalah keinginan supaya sesuatu terjadi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun