Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-hati Plagiarisme

3 November 2017   15:54 Diperbarui: 3 November 2017   16:15 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika bergabung pertama kali dengan Kompasiana, tepatnya 11 Oktober 2017, saya sungguh canggung dan terheran-heran. Mengapa? Sebagai orang Timur, khususnya di NTT, yang gagap teknologi (gaptek), saya melihat bahwa orang-orang di luar NTT sungguh maju dalam hal literasi. Banyak orang Indonesia dengan status berbeda mulai dari status sebagai ibu rumah tangga sampai penulis terkenal; mulai dari mahasiswa sampai psikolog terkenal membagikan tulisan-tulisan kreatif mereka lewat media daring Kompasiana ini. Sungguh luar biasa. 

Situasi ini sangant kontradiktif dengan daerah kami. Di daerah kami, justru orang-orang kecil lebih sibuk dengan memelihara ladang pertanian seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya. Mereka lebih memilih bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Selain itu, jika ada suatu berita yang lagi hangat, mereka lebih memilih untuk menyebarkan gosip-gosip dibanding mencari sumber kebenaran berita tersebut. 

Hal ini menyebabkan di daerah kami perkembangan literasi berjalan stagnan dan lambat. Ini tentu beralasan, orang-orang di daerah kami lebih senang melakukan hal-hal atau kegiatan yang bernilai praktis dibanding menghabiskan waktu untuk membaca buku dan menulis artikel-artikel. Sebab, orang-orang kami memiliki pendirian: "untuk apa membaca atau menulis" atau "apa yang mau didapat dari kegiatan membaca dan menulis".

Inilah realitas ke-Indonesiaan kita. Ada yang sudah maju cara berpikirnya dan ada yang masih tetap berkutat dengan pola pikir tradisional. Meski sebagian orang di daerah kami masih memegang prinsip-prinsip tradisional, tetapi sudah ada begitu banyak orang yang maju dalam cara berpikirnya dan menjadi orang-orang penting di luar daerah kami. Hal inilah yang selalu kami banggakan.

Meski orang-orang di Pulau Jawa dan sekitarnya rajin berinteraksi dengan Kompasiana, ada satu keprihatinan saya ketika melihat dan membaca tulisan-tulisan yang ditayangkan oleh para Kompasianer yakni Plagiarisme.

Plagiarisme

Plagiarisme berasal dari bahasa Latin plagiarius yang berarti seseorang yang menculik anak atau budak orang lain. istilah ini jamak dipahami dan diartikan dalam konteks tulis-menulis sebagai "pencurian karya orang lain". Dikatakan pencurian karena tulisan yang dibuat oleh seseorang tidak mencantumkan dan menyatakan sumber yang tepat dan memadai. Istilah plagiarisme juga berarti ketidakjujuran dan pembohongan.

Ada banyak bentuk plagiarisme. Diantaranya copy and paste(palgiator mengambil porsi teks dan menyisipkannya ke dalam sebuah tulisan), plagiat struktural (peniruan pola struktur tulisan orang lain), plagiat terselubung (mengambil sebagian porsi tulisan, mengubah beberapa kata dan menghapus sebagian tulisan orang lain tanpa mengubah konstruksi teks), penerjemahan tanpa mengutip sumber asli, other dimensions dan masih banyak lagi.

Intinya bahwa plagiarisme merupakan tindakan kecurangan yang diulakukan seseorang dengan cara mencuri dan mengutip karya orang lain tanpa mencantumkan sumber. Saya kira, ada Undang-undang yang mengatur tentang plagiarisme ini dan menjatuhi sanksi bagi orang yang melakukannya.

9 Tahun Kompasiana: Hati-Hati Plagiarisme

Meskipun saya baru bergabung dengan Kompasiana, tetapi saya kira tindakan plagiarisme ini tidak boleh dilakukan lagi. Ada banyak tulisan yang saya baca mengandung plagiarisme ini. Banyak ahli atau pengertian leksikon yang dikutip dalam tulisan tetapi pada akhir tulisan saya tidak menemukan catatan tentang sumber. Inilah keprihatinan bersama kita semua. Oleh karena itu, hal ini mesti menjadi semacam "lampu merah" bagi kita agar kita berhati-hati dalam menulis karya kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun