Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Inilah 4 Kaidah Memaknai Substansi Kehidupan

24 Mei 2022   12:40 Diperbarui: 26 Mei 2022   11:26 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesederhanaan (Photo by Mehmet Turgut Kirkgoz from www.pexels.com)

Kebutuhan akan barang atau jasa merupakan keperluan yang harus dipenuhi, misalnya makan, pakaian, tempat tinggal, sekolah dan sebagainya. Sedangkan keinginan akan barang atau jasa bukan merupakan kewajiban, misalnya orang tidak harus memiliki mobil karena bisa menggunakan transportasi umum.

Namun, seringkali yang terjadi orang lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Akibatnya tidak sedikit orang yang memaksakan diri untuk memiliki sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan.

Dua, Bersyukur akan apa yang dimiliki

Sikap bersyukur akan apa yang dimiliki menjadikan suasana hati kita menjadi tenteram dan bahagia. Namun, jika kita menginginkan akan sesuatu di luar kemampuan maka akan menjadikan kita tergesa-gesa, ngoyo, dan tidak tenang.

Dalam keadaan baik-baik saja akan mudah untuk mengucap syukur, namun ketika mengalami persoalan akan sulit untuk mengucap syukur. Kita dapat belajar filosofi dari orang Jawa yang mudah untuk mengatakan "untung.". Misalnya mengatakan untung yang cacat tangan kiri bukan tangan kanan.

Tiga, Hidup bertanggung jawab

Hidup di dunia hanya sementara dan dalam rangka mempersiapkan untuk kehidupan kekal bukan berarti melepaskan tanggung jawab selama di dunia. Tanggung jawab sebagai bentuk persiapan menuju kehidupan setelah kematian.

Mengerjakan aktivitas dan berinteraksi dengan sesama merupakan sarana untuk melatih kedewasaan dan memproses kesucian hati. Tanpa itu makan proses pendewasaan dan kesucian tidak akan terwujud dengan baik.

Empat, Apa yang fana bukan suatu keharusan

Banyak filosofi dunia yang mengajarkan keberhasilan untuk meraih perkara yang fana. Perkara dunia menjadi yang utama dan menjadi suatu keharusan untuk dapat mencapainya. Akhirnya banyak orang yang terikat dan berjuang mati-matian untuk perkara yang fana ini.

Sementara ketika kita menghadap Sang Khalik maka perkara yang fana itu akan ditinggalkan dan kita hanyalah membawa kesucian hidup dan perbuatan baik. Dua hal inilah yang sebenarnya menjadi agenda utama kehidupan.

***

Kehidupan yang kita lakukan bukan hanya meraih sesuatu yang kelihatan, namun perjuangan untuk mengubah karakter hingga sesuai dengan kehendak Sang Khalik. Jika diibaratkan berpergian maka kita harus berkemas-kemas, membawa bekal yang cukup, dan memastikan kita akan sampai pada tujuan.

Manakala kita telah memiliki keyakinan bahwa dunia ini bukan kehidupan yang sesungguhnya, maka kita akan bergumul, memperkarakan, dan serius mempersiapkan diri untuk dapat masuk bumi yang baru. Memiliki isi dunia bukan merupakan ukuran kesuksesan, namun ketika kita diterima oleh Sang Khalik merupakan kesuksesan yang sejati. (KB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun