Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ini 5 Sikap Karyawan dan Manajer dalam Mewujudkan Work-Life Balance

22 Juni 2021   07:24 Diperbarui: 22 Juni 2021   14:39 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi work-life balance (Sumber: Envato Elements)

Penelitian dari Morgan Redwood di Inggris membuktikan bahwa perusahaan yang mendorong work-life balance, pendapatannya meningkat 20% per tahun.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan menjadi dambaan para karyawan. Akan berakhir sia-sia jika seseorang berhasil dalam pekerjaan, namun tidak berhasil dalam kehidupan.

Pekerjaan yang banyak menyita waktu, menguras pikiran dan tenaga telah mengikis kebersamaan dengan keluarga. Secara fisik mereka ada di rumah tetapi pikirannya masih berada di tempat kerja.

Untuk menciptakan work-life balance (keseimbangan pekerjaan dengan kehidupan pribadi) dibutuhkan pemahaman dan usaha kedua belah pihak baik karyawan maupun perusahaan yang diwakili para manajer.

Survei dari perusahaan konsultan Morgan Redwood patut menjadi perhatian para pemilik bisnis, bahwa organisasi yang peduli dan mendorong terciptanya work-life balance akan meningkatkan pendapatan secara signifikan.

Suasana kerja yang nyaman berdampak pada berkembangnya kreativitas karyawan. Dan pengaruh yang positif di tempat kerja akan dibawa pulang ke rumah.

Survei Kepuasan Karyawan

Kepuasan karyawan menjadi fokus penelitian yang dilakukan oleh JobStreet.com. Dalam penelitian dengan sampel 17.623 responden, menunjukkan bahwa 73% karyawan tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukannya.

Rupa-rupanya ketidaksesuaian pekerjaan dengan latar belakang pendidikan angkanya cukup besar yaitu sebanyak 54%. Dan hal itu berpengaruh pada 60% karyawan yang mengaku tidak memiliki jenjang karier. Ketika karyawan merasa tidak ada karier maka karyawan cenderung apatis dan enggan untuk maju.

Temuan lainnya adalah sebesar 85% karyawan mengaku tidak memiliki work-life balance. Dengan demikian karyawan menjadi kontra produktif dan tidak bahagia.

Tingginya tuntutan perusahaan mengakibatkan karyawan tidak tenang di rumah. Bahkan sebanyak 62% karyawan mengalami insomnia (gangguan tidur) karena masih memikirkan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun