Kemudian wanita kelahiran Kediri 59 tahun yang lalu itu, turun ke bawah kolong jembatan menemui gelandangan yang ada, ia ingin mengubah nasib mereka. Seperti diketahui tempat kumuh dan para gelandangan menjadi salah satu permasalahan di ibu kota.
#Modal Besar Risma
Melihat kinerja Risma selama menjabat Wali Kota Surabaya selama dua periode  yang cukup baik dengan tingkat kepercayaan sebesar 97%. Kemudian ia sebagai kader dari PDIP, partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut, menjadi keuntungan bagi dirinya.
Bukan itu saja kedekatan dengan sang Ketua Umum partai berlambang kepala banteng Megawati semakin menambah keuntungan itu. Ditambah ikatan emosional sebagai seorang pemimpin perempuan.
Belum lagi ia dekat dengan Presiden Joko Widodo. Secara psikologis Risma dan Jokowi, sebagai sesama mantan wali kota, bersuku Jawa dan sama-sama gemar  blusukan dan peduli dengan rakyat kecil.
Modal besar yang dimilikinya akan semakin membuka jalan lebar Risma untuk berkarier pada lingkup yang lebih luas lagi. Walaupun harus dibuktikan terlebih dahulu kinerjanya sebagai Menteri Sosial.
Ada sedikit catatan dari seorang Risma yaitu cara berkomunikasi mungkin lebih menahan emosional, seperti pada waktu silang pendapat antara dirinya dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa, mengenai kebijakan PSBB di Kota Surabaya.
#Jejak Berikutnya
Megawati sebagai politikus senior bisa jadi sudah memikirkan jabatan berikutnya bagi Risma. Setidaknya ada dua pilihan yang sepertinya tepat bagi Risma yaitu sebagai Gubernur Jawa Timur atau Gubernur DKI Jakarta.
Dua jabatan itu sebenarnya sempat di tawarkan oleh Megawati, tetapi Risma menoloknya karena jabatan sebagai Wali Kota Surabaya belum berakhir.
Uniknya dua pejabat gubernur tersebut di awali dengan jabatan menteri terlebih dahulu. Khofifah Indar Parawangsa sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur 13 Februari 2019, menjabat sebagai Menteri Sosial sejak 2014 hingga 2018.
Sementara itu Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 2017, pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 2014 sampai 2016.
Melihat sukses Khofifah dan Anies tersebut semakin membuktikan bahwa posisi menteri sangat mungkin sebagai pijakan untuk meraih kursi gubernur. Dalam hal ini gubernur dari sebuah provinsi yang cukup prestisius.