Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suku Baduy, Antara Budaya dan Modernisasi

7 November 2020   07:03 Diperbarui: 29 April 2021   22:25 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Badui di Provinsi Banten (Foto: Republika/Andina)

Suku Baduy atau sesuai bahasa baku disebut Badui adalah sebuah suku di daerah Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Mereka biasa disebut Urang Kanekes (Orang Kanekes) yang populasinya berjumlah 26 ribu orang, mereka ini mengisolasi diri dari kemajuan zaman.

Para peneliti dari Belanda yang memberikan sebutan Baduy, yang menyamakan mereka dengan Arab Badawi, yaitu kelompok yang berpindah-pindah tempat atau nomaden. Tetapi ada kemungkinan mengambil nama sungai dan gunung di daerah tersebut yaitu Sungai Baduy dan Gunung Baduy.

Masyarakat Badui berada di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, Provinsi Banten. Desa tersebut berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Rangkasbitung.

Daerah ini berada di ketinggian 300-600 DPL, dengan topografi berbukit dan lembah dengan suhu rata-rata 20 derajat. Orang Badui Dalam mendiami 3 desa yaitu Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda, sedangkan untuk berkomunikasi dengan orang luar menggunakan Bahasa Indonesia. Orang Badui Dalam meyakini untuk dapat melestarikan budaya adalah dengan cara tidak memperbolehkan warganya sekolah.

Dengan demikian sejarah nenek moyang tidak dibukukan dan hanya dikenal melalui bahasa lisan dari generasi ke generasi.

Sebenarnya sejak zaman Orde baru pemerintah menawarkan pembangunan sekolah, namun ditolak karena berlawanan dengan adat istiadat, sehingga mereka tidak dapat membaca dan menulis.

Anak-anak Suku Badui di Banten (Dispar.bantenprov)
Anak-anak Suku Badui di Banten (Dispar.bantenprov)
Masyarakat Badui dibagi menjadi 3 kelompok yakni Tangtu, Panamping dan Dangka.

1. Kelompok masyarakat Tangtu  atau dikenal sebagai Badui Dalam

Masyarakat ini mendiami desa Cibeo, Cikertawarna dan Cikeusik, mereka sangat ketat memegang adat istiadat. Masyarakat Badui Dalam biasanya memakai baju putih atau biru tua serta kain ikat kepala berwarna putih. 

Mereka sangat terisolasi dan enggan untuk bertemu orang asing. Peraturan yang dijalankan adalah tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan, sepeda sekalipun dan dilarang memakai alas kaki. 

Dilarang menggunakan peralatan elektronik (radio, televisi, HP, kipas angin, kompor, peralatan memasak dan sebagainya), dan pakaian harus dari hasil tenunan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun