Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Festival Halloween, Bolehkah Kita Merayakan?

31 Oktober 2020   07:10 Diperbarui: 31 Oktober 2020   07:25 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dragonfly thew one hell of a Halloween party last year. Photo: @dragonfly.club / Instagram 

Tanggal 31 Oktober di beberapa belahan dunia merayakan Halloween. Perayaan ini berasal dari nenek moyang bangsa Eropa yaitu bangsa Celtic, yang berlangsung secara turun temurun hingga saat ini. Cara merayakan Halloween biasanya mengenakan pakaian yang menyeramkan.

Halloween bermula dari tradisi rakyat sebagai tanda selesainya musim tanam dan menyambut musim dingin. Perayaan berasal dari festival Samhain dalam kebudayaan orang Gael, yang dirayakan orang Kelt atau disebut dengan Tahun Baru Kelt.

Orang Kelt merayakannya dengan menyembelih hewan dan menyimpannya untuk persediaan musim dingin. Mereka percaya bahwa saat itu makhluk gaib sedang bergentayangan.

Bangsa Gael percaya pada tanggal itu pembatas antara orang mati dan orang hidup terbuka. Yang dilakukan orang Gael adalah membakar tulang-tulang dari sisa hewan yang disembelih, dan membuat api unggun. Mereka mengenakan topeng dan pakaian seram untuk berdamai dengan arwah jahat.

Pada abad 19 Masehi, orang Irlandia berpindah ke AS, mereka membawa kebiasaan Halloween. Dan bercampur dengan kebudayaan yang mirip dibawa oleh orang Inggris, Jerman, dan Afrika.

Salah satu cara merayakan Halloween bagi anak-anak adalah mengunjungi rumah tetangga dan mengucapkan trick or treat (trik atau sungguhan), untuk meminta permen. Konon setiap perayaan Halloween pemasaran permen melebihi perayaan Natal dan Valentine.

Hingga saat ini negara-negara yang merayakan festival Haloween adalah AS, Irlandia, Kanada, Jepang, Bahama, Selandia Baru, Swedia dan Britania Raya.

Di Indonesia

Di dalam negeri festival Halloween mulai dirayakan di beberapa kota. Tahun 2019 lalu di Jakarta dan Bogor beberapa tempat rekreasi dan hotel menyambut hari menyeramkan itu.

Taman safari Bogor misalnya pada bulan Oktober 2019 menghias taman dengan dekorasi menyeramkan kental suasana Halloween.

Di Jakarta beberapa hotel menyambut perayaan dengan promo bertema Halloween, misalnya panic room, yaitu kamar tidur yang dihias menyeramkan ala Halloween. Atau pesta kostum drakula, setan berjas dan sebagainya.

Nia ramadhani dan Jessica Iskandar Halloween (Sumber: Kolase Tribunnews/@inijedar@ramadhaniabakrie)
Nia ramadhani dan Jessica Iskandar Halloween (Sumber: Kolase Tribunnews/@inijedar@ramadhaniabakrie)

Pandangan Orang Percaya pada Tuhan

Melihat sejarah dan proses terjadinya perayaan Halloween, bagaimanakah sikap kita sebagai orang yang percaya adanya kemahakuasaan Tuhan?

#1. Apabila perayaan Halloween dimaksudkan untuk menyembah roh-roh jahat, maka bertentangan dengan iman orang percaya. Yang kita sembah hanyalah Sang Khalik, tidak ada yang lain daripada itu. Menyembah roh-roh jahat berarti mendukakan Tuhan dan tidak mempercayai-Nya.

#2. Pada waktu awal perayaan Halloween sebagian besar masyarakat belum percaya Tuhan, tetapi mereka masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Sehingga membuat ritual untuk berdamai dengan roh-roh jahat. Bukankah sebaiknya kita berdamai dengan Sang Pemilik jagat raya? Supaya mendapat kedamaian dan ketenteraman.

#3. Festival Halloween dengan mengenakan topeng dan pakaian yang seram, tidak mendatangkan faedah yang baik, tetapi malahan membuat takut orang lain dan mengganggu ketenangan.

#4. Sikap kita orang percaya kiranya tidak tidak perlu ikut-ikutan merayakan pesta memuja iblis itu. Dan hanya bisa memaklumi dan berdoa kiranya mereka disadarkan dan kembali kepada ajaran yang benar.

#5. Dari sudut budaya, Halloween bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia dan bukan produk budaya Nusantara. Jadi sebaiknya orang Indonesia jangan merayakan Halloween.

Perayaan Halloween sebagai produk budaya patut diberikan apresiasi kepada para pendahulu orang-orang Eropa kuno. Namun sesuai dengan perkembangan jaman budaya tersebut sudah tidak sesuai dengan budaya saat ini, khususnya bangsa Indonesia. 

Dari perspektif agama yang ada di tanah air, perayaan tersebut bertentangan dengan ajaran agama, seperti yang tercantum dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa.

Rujukan:

  • tribunnewswiki.com
  • travel.kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun