Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ini Dia 3 Cara, Agar Usia Biologis Lebih Muda daripada Usia Sebenarnya

19 Oktober 2020   06:34 Diperbarui: 19 Oktober 2020   06:55 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi tentang usia kronologis vs usia biologis. (Foto: Hindustan Times) 

Tahun 2016 WHO (Word Health Organization) merilis data ada 650 juta penduduk dunia berusia dewasa mengalami obesitas, 340 juta anak-anak dan remaja mengalami berat badan yang berlebih.

Di Indonesia, tahun 2010 ditemukan 23% orang dewasa mengalami obesitas, dengan kaum hawa yang lebih banyak mengalami obesitas dibandingkan kaum adam.

Obesitas diakibatkan penumpukan lemak sebagai akibat asupan kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas untuk membakar kalori.

Apabila itu terjadi dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan berat badan berlebih hingga terjadi obesitas atau berat badan yang sangat berlebih.

Selain itu obesitas juga dipicu oleh makanan cepat saji, makanan olahan atau makanan dengan tinggi lemak. Penyebab lainnya disebabkan karena faktor keturunan, kurang tidur dan efek samping obat-obatan tertentu.

Mengukur kategori Berat Badan

Obesitas dapat diketahui dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index), perhitungan dengan cara membandingkan antara tinggi badan dengan berat badan.

Berikut tabel IMT dan status berat badan atau status gizi seseorang.

Tabel BMI (www.indramuhtadi.com)
Tabel BMI (www.indramuhtadi.com)

Penumpukan lemak di dalam tubuh akan berpotensi terkena penyakit jantung, diabetes dan hipertensi. Juga dapat berpengaruh ke dalam  kondisi psikologi, seperti kurang percaya diri dan depresi.

Menurut Survei Sample Regristation System (SRS) di Indonesia pada 2014, bahwa penyakit jantung koroner menyebabkan kematian paling tinggi setelah stroke.

Biaya yang dikeluarkan penyakit jantung pada 2016 mencapai 7.6 Triliun rupiah, mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015 sebesar 6.9 Triliun.

Pengalaman Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun