Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden 2024, Giliran Prabowo?

10 Agustus 2020   08:31 Diperbarui: 10 Agustus 2020   20:06 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pertemuan Mega-Prabowo tahun 2019 (Sumber Kompas.com)

Ruang tamu rumah Megawati bernuansa krem di Jalan Teuku Umar, Rabu 24 Juli 2019 itu menjadi saksi pertemuan dua tokoh politik di negeri ini antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Pertemuan tersebut menjadi penting setelah perseteruan sengit dalam Pilpres tahun 2015 dan 2019, sang mantan Komandan Jenderal Kopassus Prabowo Subianto takluk pada pengusaha mebel Joko Widodo.

Prabowo setelah gagal bertempur dalam konvensi presiden partai Golkar yang dimenangkan senior-nya Wiranto tahun 2004. Tidak patah arang, jiwa prajuritnya terlecut lantas Prabowo mendirikan partai baru Gerindra.

Tahun 2009 dengan kendaraan Gerindra berlogo burung garuda warna keemasan itu, Prabowo menempel banteng moncong putih PDIP yang di komandoi srikandi Megawati Soekarnoputri. Terjadilah duet Mega-Pro, sayang larinya kalah kencang dengan pasangan kalem SBY-Budiono.

Tahun 2014 dengan kursi Gerindra berjumlah 73 dari sebelumnya 26 kursi, semakin membuat Prabowo percaya diri mencalonkan kursi RI-1, dan menggaet Hatta Rajasa dari partai matahari putih bersinar PAN (Partai Amanat Nasional). Namun kali ini pun kalah bersinar dengan pasangan dari PDIP dan Golkar, Joko Widodo- Jusup Kalla.

Pada periode ini sempat terjadi perdebatan antara petinggi PDIP dan Gerindra, karena Megawati dinilai ingkar janji atas perjanjian yang ditanda tangani antara Mega dan Prabowo di Batu Tulis Bogor pada 15 Mei 2009. Dalam perjanjian tersebut berisi dukungan PDIP atas pencalonan Prabowo menjadi Capres 2014.

Namun petinggi PDIP berkelit kalau perjanjian itu berlaku apabila Mega-Pro memenangkan Pilpres 2009. Entah kebenarannya, di dalam politik tidak menganut teman sejati, yang ada adalah kepentingan abadi, kapan, dengan siapa dan caranya bagaimana meraih kekuasaan.

Tahun 2019, Prabowo kembali menantang nyali Jokowi untuk duel ulang dengan pasangan yang berbeda, Jokowi merangkul  kiai sepuh Ma'ruf Amin, dan Prabowo menggandeng tokoh pengusaha muda, cerdas dan tajir dari internal Gerindra Sandiaga Uno. Lagi-lagi sang mantan jenderal baret merah harus melempar bendera putih dan meninggalkan arena.

Prabowo Sekarang

Kini Prabowo duduk manis di deretan Menteri Pertahanan dan bos Lumbung Pangan Nasional dalam pemerintahan yang dipimpin mantan pesaing selama dua kali berturut-turut Joko Widodo. Megawati berperan cantik untuk merangkul prajurit sejati Prabowo Subianto, menyiapkan amunisi untuk berperang pada periode berikutnya.

Entah pembicaraan apa yang berlangsung antara Megawati dan Prabowo dalam pertemuan Teuku Umar 2019 silam, apakah sekedar makan nasi goreng dan menjinakkan ketajaman kritik Gerindra sebagai partai oposisi yang di dukung pasukan putih kala itu? Ataukah menyusun strategi Pilpres 2024?, Wallahualam.

Persiapan Megawati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun