Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penanganan Covid-19, Apakah Pemerintah Ambigu?

21 Juli 2020   11:38 Diperbarui: 21 Juli 2020   11:34 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Tribunnewsmaker.com

Antara memilih penyelamatan nyawa atau mempertahankan ekonomi, menjadi pilihan yang tidak mudah, namun pilihan itu harus diambil buruk diantara yang terburuk. Kalau memutuskan lockdown bisa jadi menyelamatkan banyak jiwa, tetapi faktor ekonomi dikorbankan.

Apabila memilih tidak lockdown, maka ekonomi akan ter-selamatkan, tetapi harus lebih  banyak menyediakan tanah untuk mengubur jasad. Hal inilah yang membuat pemerintah terkesan ambigu dan memutuskan tengah-tengah yaitu menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Negara-negara yang menerapkan lockdown tidak sepenuhnya berhasil, tidak sedikit tenaga medis menemukan korban tidak bernyawa lagi, sementara ekonomi tetap ambruk, sebut saja AS pertumbuhan ekonomi minus 9.7%, Perancis (-) 17.2%, Inggris (-) 15.4% dan Jerman (-) 11.2%.

Kondisi Indonesia

Indonesia boleh berbesar hati dalam hal pertumbuhan ekonomi sebesar (-) 4.3%, tidak  lebih buruk dari negara-negara diatas  yang melakukan lockdown (CNN Indonesia.com, 16 Juli 2020). Meski harus meneteskan air mata mengingat jumlah korban Covid-19 masih memprihatinkan, di kutip dari situs Covid19.go.id jumlah positif 88.214, sembuh 46.977, meninggal 4.239. (20/07/2020).

Di negara China sendiri yang merupakan episentrum corona, tidak seluruhnya terbebas tetapi masih tetap bermunculan penderita baru, dan di beberapa daerah masih menerapkan karantina lokal yaitu di lingkungan perumahan.

Gita Gopinath, penasihat ekonomi sekaligus Direktur Riset IMF mencatat 75% negara-negara di dunia kini sudah membuka kembali perekonomian-nya, meski pandemi masih belum terkendali (Tirto.id, 2 Juli 2020).

Covid-19 telah menghantam tidak saja nyawa tetapi juga seluruh denyut nadi perekonomian, pengangguran meningkat, rupiah tertekan di Rp 14.800,-, IHSG melorot di Rp. 5.051,- dunia usaha kebingungan, jumlah orang miskin bertambah, tidak sedikit keluarga yang tak sanggup membeli susu.

Saat ini ketika pemerintah menerapkan new normal (kenormalan baru), mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju, kita harus 'berteman' dengan virus corona layaknya virus influenza. Walaupun tentunya sangat lebih berbahaya dibandingkan virus yang sudah ada sebelumnya.

Yang menjadi kewaspadaan, kita harus mengikuti protokol kesehatan sembari kita melakukan aktivitas sehari-hari. Hal-hal berikut dapat menjadi refleksi dalam menghadapi pandemi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun