Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Biografi Gunarso S. Margono: dari Pedagang Beras menjadi Raja Properti

21 Juni 2020   05:11 Diperbarui: 16 Januari 2021   08:34 2365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Gunarso S. Margono by Gapuraprima.com

Gunarso S. Margono (Thung Seng Hok) dilahirkan di Jakarta 15 Maret 1940 (80 Tahun), dari pasangan orang tua yang berbisnis toko kelontong di Pasar Senen Jakarta. Hok panggilan waktu kecil Gunarso S. Margono, merupakan anak ke tujuh dari delapan bersaudara, menyelesaikan sekolah di Jakarta sembari membantu orang tuanya menjual barang-barang kelontong.

Tahun 1962 Hok yang kala itu berusia 22 tahun melangsungkan pernikahan dengan gadis pilihannya Widyawaty (17 tahun) yang rumahnya tidak jauh dari Pasar Senen, anak ke lima dari enam bersaudara, yang adalah anak dari pedagang kertas, rokok dan keperluan sehari-hari di dekat Stasiun Senen.

Rupa-rupanya pernikahan dari dua keluarga berlatar belakang pedagang di pusat bisnis Pasar Senen inilah yang menjadikan perpaduan yang hebat sehingga dapat mengantarnya sebagai konglomerat besar.

Hok banyak bergaul dengan teman-temannya di lingkungan pasar, dari latar belakang yang beragam itulah telah membentuk pribadinya mudah bergaul dengan siapa saja dan piawai dalam tawar menawar atau bernegosiasi.

Berdagang Tekstil

Setelah menamatkan sekolah Gunarso muda membantu berdagang tekstil abangnya paling besar yang usianya terpaut dua puluh tahun, di Pasar Tanah Abang, menjadikan pengalaman bertambah dari pedagang kelontong ke pedagang tekstil.

Ada pengalaman tidak pernah terlupakan, seperti yang dikisahkan istrinya Widyawaty (Oey Hoat Nio), bahwa suaminya pernah berantem dengan preman yang akan merampas dagangan kakaknya di atas truk, darah mudanya naik karena komitmen untuk mengamankan dagangan abangnya.

Selama lima tahun ia membantu berdagang dan banyak belajar berdagang dari abangnya. Karena abangnya merasa sudah cukup mampu untuk mandiri, maka kakaknya memberikan modal untuk dikembangkan sendiri. 

Lalu Gunarso merintis toko baru di Tanah Abang dengan mengontrak kios, itu terjadi ketika Gunarso berumur 30 tahun. Toko yang dirintisnya berkembang pesat, sehingga menjadi toko besar sampai harus impor tekstil dalam partai yang besar supaya mendapatkan harga yang murah dan dapat bersaing dengan toko yang lain.

"Kuncinya tiga, pertama ketekunan, kedua sikap hemat, ketiga kejujuran"-Gunarso S. Margono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun