Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi, Beragama Atau Bertuhan?

26 April 2020   12:06 Diperbarui: 8 April 2021   21:39 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemui kawan kita yang tidak beribadah, lalu kita bertanya kenapa ia tidak beribadah, jawabnya sama saja antara yang beribadah dan tidak beribadah, buktinya itu si-anu sambil menyebut nama dia rajin beribadah tetapi kelakuannya sama saja.

Ada dua kemungkinan dari jawaban tersebut yang pertama karena untuk pembenaran atas apa yang ia lakukan atau karena memang orang yang disebut tadi melakukan ibadah tetapi kelakuan sehari-hari sama saja dengan orang yang tidak beribadah.

Kalau kemungkinan jawaban yang kedua apa artinya melakukan ibadah kalau tindakannya/karakternya tidak mengalami perubahan. Seperti orang sekolah tapi tidak bertambah pandai, karena selama di sekolah ia tidak serius belajar, hanya sebagai identitas bahwa ia seorang pelajar.

Begitu pula dalam hidup keagamaan apa artinya beribadah tapi dilakukan tidak dengan serius, tidak mengenal atau mengerti perintah-Nya dan tidak melakukan perintah itu. Hal ini yang menjadi batu sandungan bagi orang yang tidak beribadah untuk mau datang beribadah ia berprinsip sama-saja orang yang beribadah dan tidak.

Jadi sebagai koreksi bagi orang-orang yang sudah beribadah apakah kita sudah mengenal Allah secara benar dan apakah perintah-Nya yang dapat mengubah hidup kita, dari yang jahat menjadi baik, dari yang kejam menjadi mengasihi, dulu sombong sekarang rendah hati, dulu suka menindas orang sekarang memperlakukan dengan adil, sebelum mengenal Allah pelit setelah mengenal Allah menjadi pemurah dan masih banyak sekali PR dalam hidup kita yang harus kita benahi.

Supaya cara pandang kita atas kehidupan di dunia tidak dipengaruhi ajaran-ajaran duniawi yang menyesatkan, karena sejatinya setan akan memakai siapa saja untuk mencari pengikut-pengikutnya agar dunia ini diisi oleh orang-orang jahat agar setan terus berkuasa atas bumi ini. Penyesatan dari setan pun kadang-kadang tetap membiarkan orang untuk beribadah tetapi kehidupannya tidak di rubah agar kualitas rohani sama dengan orang dunia.

Terhadap orang yang tidak melakukan ibadah, bisa jadi tidak menjadi target dari setan, karena tanpa disesatkan orang itu dengan sendirinya akan melakukan kejahatan. Dari uraian ditas dapat kita petik pengertian lebih lanjut adalah :

Ber-Agama Vs Ber-Tuhan, orang bisa menyebut dia beragama dibuktikan dengan melakukan tata ibadah, tetapi menjadi sia-sia ketika ia tidak mengenal Allah, dan taat melakukan perintah-Nya, sehingga hidupnya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Apalagi orang yang tidak pernah beribadah, ia akan sukar mengenal Allah dengan pemahaman yang benar.


Realitas Kehidupan Vs Realitas Kekekalan, realitas kehidupan mempertontonkan kekayaan, kemewahan, polularitas dengan uang sebagai center of life yang terbukti dapat menggerakkan seluruh sisi kehidupan. 

Seakan-akan kehidupan hanya di dunia ini saja dan tidak ada kehidupan lagi setelah dunia ini berakhir. Tetapi realitas yang sebenarnya bumi ini sementara dan ada bumi yang baru, tentunya bukan untuk orang yang jahat. Jadi hidup ini harus kita pertanggung jawabkan kepada Sang Pencipta.

Kuantitas Hidup Vs Kualitas Hidup, setiap ulang tahun kita selalu berdoa diberikan panjang umur, ada sebuah harapan untuk kita dapat menikmati dunia ini selamanya. Saya tidak mengatakan doa tersebut salah, tetapi apa artinya kita diberikan panjang umur misalnya sampai 100 tahun tetapi selama kehidupan yang panjang itu kita tidak selalu mencari Allah, mengenal Allah dan mengalami kemajuan rohani dari hari ke sehari. Akan menjadi lebih baik hanya berumur 60 tahun tetapi selama hidupnya dia selalu memperbaharui pikiran, perkataan dan perbuatannya ke arah Allah.

Krisis Vs  Nyaman, ketika hidup aman keluarga baik-baik, anak-anak di sekolah favorit, pekerjaan orang tua mapan dengan gaji yang cukup, menjadi keluarga yang harmonis, bisa saja mereka tidak mengalami Allah dalam keluarganya, mereka merasa apa yang dilakukan atas kemampuannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun