Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Anakku Ingin ke Baitullah, dan Aku Tergerak: Sebuah Ikhtiar Menabung Harapan

3 Juni 2025   06:09 Diperbarui: 2 Juni 2025   19:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ma, aku pengin banget ke Ka'bah. Bisa nggak kita kesana bareng?”

Pertanyaan itu keluar dari mulut anakku yang baru duduk di kelas 4 SD, dengan wajah penuh harap dan mata yang berbinar-binar. Awalnya aku mengira itu hanya angan sesaat, seperti ketika ia ingin ke Jepang karena suka bahasanya, atau ingin ke Jogja karena mau melihat keraton. Tapi ternyata tidak. Beberapa hari kemudian, ia mulai membaca buku tentang negara Arab Saudi, mencari video tentang haji dan umroh di YouTube, bahkan bertanya tentang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.

Sebagai ibu, hatiku tersentuh-sekaligus tertegun. Anak seusia itu ternyata bisa menyimpan impian spiritual sebesar ini. Ia bahkan lebih dulu memikirkan Tanah Suci dibanding aku yang dewasa. Dalam diam, aku bertanya pada diriku sendiri: "Sudahkah aku sebagai orang tua menyiapkan jalan menuju impian itu?"

Anak Sebagai Penyemangat Menuju Baitullah

Sejak saat itu, tak pernah sekalipun ia lelah membicarakan soal Tanah Suci. Setiap kali melihat orang tawaf di media sosial, ia pasti berseru, “Ma, kapan kita bisa ke sana?” Bahkan di perpustakaan sekolah, ia meminjam buku-buku tentang kisah-kisah ibadah haji dan umroh. Di rumah, ia sering menggambar Ka'bah dan membuat miniaturnya.

Semangat itu bukan hanya lucu dan menggemaskan, tapi juga menyentil batinku. Ada rasa malu-karena impian ke Tanah Suci selama ini hanya tersimpan di hati dan belum sungguh-sungguh diupayakan. Tapi lewat anakku, aku merasa Allah sedang menunjukkan jalan. Bahwa mungkin, jalan kami ke Baitullah dimulai dari mimpi tulus seorang anak yang belum baligh, tapi sudah sangat rindu pada rumah Allah.

Ikhtiar Kecil yang Menguat: Menabung Emas Sejak Awal Menikah

Alhamdulillah, sejak awal menikah, saya dan suami sudah terbiasa menyisihkan sebagian rezeki untuk ditabung dalam bentuk emas. Awalnya sederhana: ingin punya pegangan untuk masa depan, karena kami sadar tidak punya warisan harta atau rumah orang tua di kota. Sedikit demi sedikit, gram demi gram, tabungan emas itu akhirnya bisa membantu kami mewujudkan beberapa hal besar: membeli rumah minimalis secara cash, dan mobil secara tunai, tanpa cicilan.

Kini, tabungan emas itu punya makna lebih. Ia bukan lagi sekadar alat simpan nilai, tapi juga harapan. Kami mulai menargetkan, dari penghasilan yang ada, sebagian ditabung khusus untuk biaya ke Tanah Suci—entah untuk haji, ataupun jika memungkinkan umroh lebih dahulu bersama anak. Kami ingin impian itu tetap hidup, tetap tumbuh, dan terus dijaga.

Daftar Haji, Masa Tunggu, dan Harapan Bersama

Tak lama setelah anak saya menunjukkan konsistensinya, kami pun memberanikan diri mendaftar haji. Prosesnya cukup lancar, dan nama kami sudah tercatat dalam daftar tunggu. Namun seperti yang banyak orang tahu, masa tunggu haji di Indonesia cukup panjang. Kami sadar bahwa menunggu giliran bukan hal yang mudah-bisa belasan hingga puluhan tahun tergantung wilayah. Tapi kami percaya, ini bukan soal waktu semata, melainkan soal kesiapan hati dan istiqamah dalam ikhtiar.

Kami pun memperkuat niat. Bila belum saatnya berangkat haji dalam waktu dekat, kami akan berusaha untuk bisa berumroh lebih dulu. Bagi kami, bisa melihat Ka'bah secara langsung, menjejakkan kaki di tanah suci bersama anak dan suami, adalah mimpi yang ingin disusul dengan upaya. Dan kami tahu, Allah Maha Melihat perjuangan hamba-hamba-Nya.

Pegadaian dan Solusi Nyata: Tabungan Emas untuk Haji

Dalam perjalanan menabung itulah, kami menemukan informasi yang sangat membantu: Pegadaian kini menyediakan layanan tabungan emas yang bisa digunakan untuk mendaftar haji. Bukan hanya menabung emas seperti biasa, tetapi ada fitur yang langsung menghubungkan tabungan emas ke porsi haji. Ini menjadi jawaban atas kegelisahan kami-karena tabungan kami kini bisa lebih terarah dan terencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun