Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kereta Gajayana: Perjalanan Rel yang Membuka Jalan Menuju Dunia Mengajar

14 Mei 2025   11:10 Diperbarui: 15 Mei 2025   21:41 14301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Gajayana (Sumber: keretaapikita.com)

Mudik 2025 menuju Serang dengan kereta menjadi pilihan praktis, dengan sistem digital yang semakin memudahkan perjalanan. Pengguna dapat membeli tiket secara online dan memeriksa jadwal secara real-time. Perjalanan transit dari Jakarta ke Depok kini lebih efisien dengan jadwal kereta yang terintegrasi, memastikan koneksi yang lancar menuju Serang. Teknologi yang terus berkembang membuat pengalaman mudik lebih nyaman dan terorganisir, mengurangi waktu tunggu dan memberikan kenyamanan ekstra bagi pemudik.

Mudik dengan kereta selalu punya cerita. Saat ini, rute mudik saya bukan lagi Jakarta--Malang, melainkan Serang--Depok, mengikuti domisili keluarga yang telah berpindah. Tapi ingatan tentang perjalanan panjang Jakarta--Malang dengan Kereta Gajayana, bertahun-tahun lalu saat masih menjadi mahasiswa tingkat akhir, tetap lekat dan hangat di ingatan.

Kala itu, saya sedang menjalani masa transisi penuh ketidakpastian---sibuk menyelesaikan skripsi, dan diam-diam khawatir tentang masa depan. Di tengah semua itu, Kereta Gajayana menjadi ruang jeda. Perjalanan malam dari Jakarta menuju Malang menghadirkan ketenangan yang tidak saya temukan di ibu kota. Suasana kabin yang nyaman, ritme roda kereta yang konstan, dan suara rel yang seperti irama penenang---semuanya memberi waktu untuk berpikir, bahkan mungkin bermimpi.

Saya tak menyangka, perjalanan pulang itu justru membawa saya ke arah sebaliknya---menuju awal sebuah perjalanan baru di dunia pendidikan.

Di Atas Rel: Percakapan Satu Gerbong yang Mengubah Segalanya

Malam itu, saya duduk di dekat jendela, membawa buku bacaan dan beberapa lembar skripsi yang masih perlu direvisi. Di sebelah saya duduk seorang pria paruh baya yang ramah. Setelah basa-basi singkat soal asal tujuan, cuaca, dan macetnya ibu kota, obrolan kami mengalir lebih dalam. Ia ternyata seorang staf keuangan di sekolah swasta di Jakarta yang baru pulang dari kunjungan keluarga di Malang.

Kami bicara banyak hal---tentang dunia pendidikan dan pengalaman organisasi yang saya ikuti selama kuliah. Mungkin tanpa sadar, saya terlalu bersemangat bercerita. Tapi tampaknya, justru dari sana beliau melihat sesuatu.

Tak lama sebelum kereta tiba di Stasiun Malang, ia berkata dengan santai namun penuh makna, "Kalau kamu belum terikat kerja tetap, coba saja mampir ke sekolah kami. Anak-anak butuh guru yang bisa mendekatkan pelajaran dengan dunia nyata. Saya pikir kamu punya itu."

Saya sempat mengira itu hanya basa-basi di kereta---percakapan random yang terlupakan begitu turun. Tapi siapa sangka, tawaran itu nyata. Beberapa minggu setelahnya, saya benar-benar diundang untuk wawancara. Dan di sanalah awal langkah saya sebagai seorang pengajar dimulai.

Kereta Gajayana, Lebih dari Sekadar Moda Transportasi

Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa Kereta Gajayana bukan hanya sekadar sarana transportasi bagi ribuan penumpangnya. Bagi saya, perjalanan itu lebih dari sekadar membawa tubuh saya dari Jakarta ke Malang---lebih dari sekadar rel yang menghubungkan dua kota. Kereta itu, dengan segala kenyamanannya, menjadi ruang bagi pertemuan tak terduga yang mengubah jalan hidup saya.

Bukan hanya kereta yang memudahkan perjalanan mudik, tetapi suasana di dalamnya yang mendorong percakapan penuh makna. Di kereta, kita berada dalam ruang terbuka---ada kenyamanan yang memungkinkan orang untuk berbicara lebih leluasa, berbagi cerita tanpa beban, tanpa harus terburu-buru. Jika bukan karena obrolan sederhana di atas kereta itu, saya mungkin tidak akan menemukan pintu menuju karier yang saya jalani sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun