Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Self-Love ala Kartini: Merawat Diri, Merawat Mimpi

21 April 2025   12:11 Diperbarui: 22 April 2025   13:23 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Kartini. (Unsplash via parapuan.co)

Mengapa kita perlu bicara tentang self-love di Hari Kartini? 

Selama ini, Kartini dikenal luas sebagai tokoh perjuangan emansipasi perempuan dan pelopor pendidikan bagi kaum perempuan. Namun, di balik peran besarnya untuk masyarakat, ada sisi personal Kartini yang jarang disorot: bagaimana ia mencintai dirinya sendiri melalui tulisan-tulisan penuh refleksi, keberanian untuk bermimpi, dan tekad untuk terus berpikir kritis di tengah keterbatasan zaman.

Di masa kini, banyak perempuan masih bergumul dengan tekanan sosial---dari standar kecantikan yang tak realistis, ekspektasi untuk selalu tampil kuat, hingga tuntutan harus "sempurna" di berbagai peran. Padahal, seperti Kartini, mencintai diri sendiri adalah fondasi untuk tetap waras, kuat, dan terus melangkah.

Lalu, apa sebenarnya makna self-love bagi perempuan zaman sekarang?

Kartini dan Self-Love dalam Surat-Suratnya

"Saya mau... saya mau bekerja, saya mau berguna, supaya saya boleh hidup." -- R.A. Kartini, 4 Oktober 1901, kepada Nyonya Abendanon.

(Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen via Wikimedia Commons) 
(Foto: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen via Wikimedia Commons) 

Kartini bukan hanya seorang pemikir dan pejuang pendidikan, tapi juga perempuan muda yang bergulat dengan luka batin, kesepian, dan kegelisahan atas ketidakadilan yang ia saksikan dan rasakan. 

Dalam surat-suratnya, ia kerap mencurahkan isi hatinya dengan kejujuran yang menyentuh. Ia berbicara tentang rasa tertekan karena adat, keinginannya untuk menuntut ilmu, dan impiannya agar perempuan tak lagi dipinggirkan.

"Gelap benar masa yang telah kulalui itu, gelap sekali, hingga kadang-kadang saya berputus asa... Akan tetapi, matahari tetap bersinar." -- R.A. Kartini

Kutipan ini bukan sekadar curahan hati, tapi juga cerminan kekuatan batin Kartini. Ia tak menutup-nutupi rasa putus asa, namun tetap menyisakan ruang bagi harapan. Menulis bagi Kartini adalah ruang untuk bernapas, untuk berdialog dengan diri sendiri, dan untuk tetap menjaga nyala mimpinya agar tak padam di tengah gelapnya zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun