Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gentle Parenting? Skip Dulu, Saatnya Aktivasi Mode Kompeni!

14 April 2025   15:51 Diperbarui: 15 April 2025   10:27 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock

Kalau urusan makan, anak saya itu punya standard operating procedure sendiri: nasi boleh, ayam oke, tapi sayur? Auto disingkirin kayak benda asing yang salah tempat. Sebagai orang tua yang (katanya) kekinian, saya pun mencoba semua jurus gentle parenting. Mulai dari ngajak ngobrol baik-baik, nyuapin sambil cerita seru, sampai ngasih opsi: "Mau bayam dulu atau wortel dulu, Nak?"---dan hasilnya? Sayurnya tetap diusir dari piring, lengkap dengan ekspresi jijik yang dramatis.

Sampai akhirnya saya duduk lemas dan bertanya dalam hati: "Sampai kapan kita harus lembut terus kalau akhirnya anak tetap gak makan?" Di titik itu, saya sadar... mungkin sudah waktunya mode kompeni diaktifkan.

Kenalan dengan Parenting VOC

Tenang, ini bukan ngajarin jadi orang tua kolonial. "Parenting VOC" di sini cuma istilah guyonan saya buat menggambarkan gaya pengasuhan yang straight to the point, tegas, dan minim drama. Gak ada tawar-menawar soal makanan. Gak ada rayuan maut ala kartun edukatif. Prinsipnya simpel: take it or leave it.

Waktu anak saya nolak makan untuk kesekian kalinya, saya akhirnya bilang, "Nak, ini makanannya. Kalau gak mau, gak apa-apa. Tapi nanti jangan minta jajan, dan kamu harus ngerti kenapa tubuhmu butuh ini." Dengan wajah datar ala petugas jaga pos penjajahan, saya tinggalkan piringnya.

Ajaibnya... setelah beberapa menit drama sunyi, anak saya mulai menyendok makanannya sendiri. Dia mungkin sadar, kali ini gak ada yang akan bujuk-bujuk dengan suara lembut dan nada penuh harap.

Kenapa Gentle Parenting Kadang Perlu Diskors Sementara

Jangan salah, saya tetap percaya bahwa gentle parenting itu bagus. Anak diajak diskusi, diberi ruang untuk berekspresi, dan dihargai sebagai individu. Tapi... mari jujur sebentar. Ada kalanya, gentle parenting itu kayak ngajak negosiasi sama makhluk mungil berlidah tajam yang baru aja menolak makan sayur dengan alasan, "Aku alergi sama warna hijau!"

Di sinilah saya mulai mikir: gentle parenting itu penting, tapi gak harus selalu aktif 24/7. Kadang justru anak butuh belajar bahwa hidup gak selalu bisa dinegosiasi. Ada hal-hal yang memang harus dijalani, bahkan kalau itu gak enak---kayak makan sayur misalnya.

Saya bukan nyuruh orang tua jadi galak. Tapi saya percaya, anak-anak juga butuh batasan yang jelas. Bukan karena kita gak sayang, tapi justru karena kita peduli sama tumbuh kembang mereka. Dan kadang, bentuk kasih sayang itu bukan pelukan, tapi keputusan tegas: "Ini yang ada. Kalau gak dimakan sekarang, nanti gak ada gantinya."

Menurut Janet Lansbury, praktisi respectful parenting, "Clear boundaries can be comforting to children. They want to know that someone is confidently in charge." (Lansbury, No Bad Kids, 2014). Tegas itu bukan ancaman---itu fondasi keamanan.

Saatnya Aktivasi Mode Kompeni!

Setelah berbagai jurus bujuk-rayu gagal total, akhirnya saya bilang:
"Nak, ini makanannya. Kalau gak dimakan, gak apa-apa. Tapi gak ada camilan, gak ada es krim, dan perut kosong itu konsekuensinya kamu sendiri yang rasain. Mama gak marah, tapi mama juga gak akan ganti menu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun