Ramadan selalu disambut dengan suka cita. Suasana penuh berkah, momen kebersamaan dengan keluarga, hingga ibadah yang semakin khusyuk. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang bikin kaum mendang-mending deg-degan setiap tahunnya: pengeluaran yang tiba-tiba melonjak drastis!
Dari awal bulan, harga kebutuhan pokok mulai naik tanpa aba-aba. Beras, minyak goreng, telur, hingga cabai mendadak seperti barang mewah. Takjil yang dulu cukup dengan dua ribu rupiah, kini harus merogoh kocek lebih dalam. Belum lagi menu berbuka yang entah kenapa setiap tahun semakin upgrade, seakan-akan nasi dan lauk sederhana tak lagi cukup.
Dan yang paling bikin miris? THR datang, tapi rasanya cuma numpang lewat. Baru masuk rekening, tiba-tiba sudah habis buat bayar utang, belanja baju lebaran, dan biaya persiapan mudik. Ujung-ujungnya, Ramadan yang seharusnya penuh kedamaian malah diwarnai dengan perhitungan ketat soal pengeluaran.
Fenomena ini membuat kaum mendang-mending berada di persimpangan: ingin menikmati Ramadan dengan tenang, tapi dompet berkata lain. Makan enak atau hemat? Buka puasa di luar atau di rumah saja? Beli baju baru atau pakai yang lama? Dilema Ramadan ini nyata!
Realita Ramadan: Antara Gaji, Harga, dan THR yang Tak Seberapa
Bulan Ramadan memang penuh berkah, tapi juga penuh ujian… terutama buat dompet! Kaum mendang-mending harus menghadapi realita keuangan yang makin pelik: gaji yang segitu-gitu aja, harga barang yang terus naik, dan THR yang seperti numpang lewat.
1. Gaji Segini, Harga Segitu
Kalau bulan biasa pengeluaran sudah pas-pasan, Ramadan datang membawa tantangan baru. Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, daging, dan telur naik drastis. Mau masak sendiri pun tetap mahal, belum lagi harga takjil di pinggir jalan yang makin ngegas. Kalau dulu bisa dapat es buah segelas besar dengan Rp5.000, sekarang cuma dapat es batu dan sirupnya aja!
2. THR: Baru Cair, Langsung Ambyar
Tunjangan Hari Raya alias THR memang dinanti-nanti, tapi sering kali umurnya lebih pendek dari ekspektasi. Baru saja masuk rekening, langsung menguap ke berbagai pengeluaran. Cicilan kartu kredit, utang bulan lalu, hingga persiapan mudik jadi penyedot utama. Belum lagi keinginan tampil baru di hari lebaran yang bikin pengeluaran membengkak. Niatnya sih cuma beli satu setel baju, tapi begitu lihat promo sepatu dan tas, rasanya kok perlu sekalian biar matching. Ditambah dengan kewajiban berbagi seperti angpao untuk keponakan dan sedekah Ramadan, THR yang tadinya bikin senang malah bikin waswas.
3. Godaan Ramadan: Buka Bersama, Diskon, dan Gaya Hidup Sultan
Ramadan seharusnya jadi momen menahan diri, tapi kenyataannya justru banyak yang makin konsumtif. Ajakan buka bersama berdatangan dari segala penjuru—teman SD, SMP, SMA, kuliah, sampai rekan kerja. Ditolak nggak enak, diikuti dompet makin menipis. Belum lagi diskon Ramadan yang seolah menggoda iman: dari flash sale hingga promo bertajuk “THR Habis Sale”, semua bikin tangan gatal buat checkout.
Media sosial pun tak kalah berperan dalam menambah tekanan, karena banyak yang pamer hampers mewah, buka puasa di restoran bintang lima, atau mudik dengan koper branded. Akhirnya, banyak yang terjebak dalam gaya hidup sultan dadakan, padahal dompetnya rakyat jelata.
Akhirnya, Ramadan yang seharusnya penuh berkah malah berubah jadi bulan penuh dilema. Mau hemat, tapi godaan di mana-mana. Mau boros, tapi tanggal gajian masih jauh. Lantas, bagaimana cara agar tetap menikmati Ramadan tanpa bikin kantong jebol? Simak jurus bertahan di bagian berikutnya!