Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan si Anak Cinta Sejarah ke 3 Situs Ikonik Banten

9 Maret 2025   21:37 Diperbarui: 9 Maret 2025   21:37 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Informasi Tentang Situs Surosowan | Dokumen Pribadi Krisanti_Kazan

Sejak kecil, anak saya selalu menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap sejarah. Saat ini dia duduk di kelas 5 SD. Buku-buku tentang kerajaan-kerajaan Nusantara menjadi bacaan favoritnya, dan dia sering bercerita dengan penuh semangat tentang kejayaan masa lalu. Tak jarang, dia membayangkan dirinya sebagai penjelajah waktu yang mengunjungi era-era bersejarah, seolah benar-benar menyaksikan kejadian di masa lampau.

Ketika liburan tiba, kami pun berdiskusi tentang destinasi yang ingin dikunjungi. Tanpa ragu, anak saya memilih Banten. "Di sana dulu ada Kesultanan Banten yang hebat, kan?" katanya dengan mata berbinar. Saya pun tersenyum, karena pilihan ini memang tepat untuk menyalurkan rasa penasarannya. Banten bukan hanya sekadar provinsi di ujung barat Pulau Jawa, tetapi juga saksi bisu kejayaan Kesultanan Islam yang pernah berjaya di Nusantara.

Perjalanan kali ini membawa kami ke tiga situs bersejarah yang menjadi ikon kejayaan Kesultanan Banten: Masjid Agung Banten, yang berdiri megah sejak abad ke-16 sebagai pusat peribadatan dan peradaban Islam; Keraton Surosowan, istana megah para sultan yang kini tinggal reruntuhan, namun tetap menyimpan jejak kejayaan masa lalu; serta Keraton Kaibon, bekas kediaman Ratu Aisyah, ibu Sultan Banten, yang mengingatkan kita pada peran perempuan dalam sejarah kesultanan.

Dengan penuh antusiasme, anak saya siap menjelajah situs-situs bersejarah ini, membayangkan kehidupan di masa lalu, dan menghidupkan kembali kejayaan Kesultanan Banten dalam benaknya.

Masjid Agung Banten: Jejak Islam di Tanah Kesultanan

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan juga yang tertera di area masjid, Masjid Agung Banten, didirikan pada tahun 1566 Masehi oleh Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten pertama yang memerintah dari tahun 1552 hingga 1570, merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat penyebaran agama Islam di wilayah Banten dan sekitarnya.

Menara Masjid Agung Banten | Dokumentasi Pribadi Krisanti_Kazan
Menara Masjid Agung Banten | Dokumentasi Pribadi Krisanti_Kazan

Masjid ini memiliki denah segi empat dengan arsitektur yang unik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, dan Eropa. Atapnya berbentuk tumpang lima menyerupai pagoda, mencerminkan pengaruh arsitektur Cina. Selain itu, terdapat tambahan bangunan bergaya kolonial Belanda yang dikenal sebagai Tiyamah, menambah kekayaan arsitektur masjid ini.

Salah satu daya tarik utama Masjid Agung Banten adalah menaranya yang unik, menyerupai mercusuar. Menara setinggi sekitar 30 meter dengan diameter pangkal sekitar 10 meter ini dibangun pada tahun 1632. Catatan Dirk van Lier dari tahun 1659 menyebut bahwa menara ini dulunya digunakan sebagai tempat mengumandangkan azan dan penyimpanan senjata. Desain menara yang menyerupai mercusuar ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda waktu salat, tetapi juga sebagai penunjuk arah bagi para pelaut yang mendekati pelabuhan Banten pada masa kejayaannya. Dengan keunikan arsitektur dan sejarah panjangnya, Masjid Agung Banten menjadi destinasi wisata religi yang menarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan jejak kejayaan Islam di tanah Banten

Keraton Surosowan: Jejak Kejayaan Kesultanan Banten

Setelah dari Masjid Agung Banten, kami menuju ke Keraton Surosowan yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kesultanan Banten, sekitar abad ke-16. Istana ini menjadi pusat pemerintahan serta tempat tinggal resmi para sultan yang memerintah. Sebagai pusat kekuasaan, keraton ini berperan penting dalam menjadikan Banten sebagai kerajaan maritim yang berpengaruh di Nusantara hingga awal abad ke-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun