"Sudah 40++, tapi masih begini-begini saja?"
Jujur, pertanyaan ini sering muncul di kepala saya. Dulu, saya pikir saat mencapai usia 40-an, hidup akan lebih tenang, lebih stabil, dan penuh kebijaksanaan. Nyatanya? Saya masih bergulat dengan kebiasaan yang ingin diubah, masih sering merasa belum cukup dalam berbagai hal, dan kadang masih terjebak dalam pola hidup yang sama bertahun-tahun.
Lalu datanglah Ramadan. Setiap tahun, bulan ini selalu terasa istimewa---bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang kesempatan untuk menata ulang hidup. Namun, pertanyaannya: apakah saya benar-benar memanfaatkannya? Atau Ramadan hanya lewat seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan harapan perubahan yang akhirnya memudar setelah Idulfitri?
Di usia 40++, saya mulai menyadari bahwa 'fast' lebih dari sekadar fasting. Ramadan bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga tentang menahan ego, mengendalikan amarah, dan melatih diri untuk lebih sabar. Ini adalah kesempatan untuk berhenti sejenak, merenungi hidup, dan bertanya: apa yang bisa saya ubah agar Ramadan kali ini benar-benar bermakna?
Saya ingin Ramadan ini menjadi titik balik. Bukan hanya dalam urusan ibadah, tapi juga dalam perjalanan self-growth. Karena pada akhirnya, puasa bukan hanya tentang menahan diri, tapi juga tentang memperbaiki diri.
Ramadan: Momentum Refleksi dan Evaluasi Diri
Di usia 40++, kita mungkin mulai menyadari bahwa hidup bukan lagi tentang sekadar mengejar pencapaian, tetapi juga tentang menemukan makna yang lebih dalam. Ada banyak hal yang sudah kita lalui---suka, duka, keberhasilan, kegagalan---tetapi sudahkah kita benar-benar berhenti sejenak untuk bertanya: Apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik?
Apa yang sudah kita capai sejauh ini? Apa yang perlu kita perbaiki? Dan ke mana sebenarnya arah hidup kita ke depan?
Ramadan datang sebagai pengingat. Bulan ini bukan sekadar tentang ibadah, tetapi juga tentang merenungi perjalanan hidup dan menata ulang prioritas. Firman Allah dalam QS. Al-Hasyr 59:18 mengajak kita untuk berpikir lebih jauh:
"Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok."
Hari esok bukan hanya tentang masa depan di dunia, tetapi juga bekal menuju akhirat. Ramadan memberi kita waktu yang tepat untuk mengevaluasi diri, memperbaiki hubungan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan diri sendiri.