Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Awas! War Takjil Bisa Berujung War dengan Timbangan dan Kesehatan

6 Maret 2025   08:19 Diperbarui: 6 Maret 2025   08:19 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pelitakarawang

Ramadan selalu membawa tradisi unik yang dinanti-nantikan, salah satunya adalah "war takjil"---momen berburu takjil favorit menjelang berbuka puasa. Dari pasar Ramadan yang ramai hingga layanan pesan-antar yang kebanjiran order, masyarakat berlomba-lomba mendapatkan camilan terbaik untuk berbuka. Gorengan panas yang renyah, es buah segar dengan sirup kental, hingga kolak pisang dengan santan gurih seakan menjadi hidangan wajib yang menggoda.

Antusiasme ini bukan tanpa alasan. Setelah seharian menahan lapar dan haus, keinginan untuk menyantap makanan yang manis, berminyak, dan menyegarkan terasa sulit ditolak. Namun, di balik kenikmatan war takjil ini, ada pertanyaan yang perlu direnungkan: Apakah kita benar-benar menikmati momen berbuka dengan sadar, atau justru terjebak dalam pola konsumsi berlebihan?

Tak jarang, semangat berburu takjil berakhir dengan meja penuh makanan yang sulit dihabiskan. Belum lagi dampaknya terhadap kesehatan---kenaikan gula darah yang drastis, lonjakan kolesterol, hingga pertambahan berat badan yang tak terhindarkan setelah Lebaran. Lalu, bagaimana kita bisa tetap menikmati war takjil tanpa harus "berperang" dengan kesehatan sendiri?

Takjil Favorit yang Diam-diam Bisa Jadi Masalah

Banyak orang menganggap takjil hanyalah makanan kecil untuk berbuka, padahal kandungan gizinya bisa berdampak besar pada kesehatan. Beberapa jenis takjil yang populer ternyata memiliki kadar gula, lemak, dan kolesterol yang cukup tinggi jika dikonsumsi berlebihan.

Takjil tinggi gula seperti kolak, es buah, es teler, sirup, dan teh manis memang terasa menyegarkan setelah seharian berpuasa. Namun, di balik rasanya yang manis dan nikmat, minuman dan makanan ini mengandung gula dalam jumlah besar yang bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara tiba-tiba. Jika dikonsumsi terus-menerus tanpa kontrol, ini bisa meningkatkan risiko resistensi insulin dan bahkan mempercepat timbulnya diabetes.

Selain gula, takjil tinggi lemak dan kolesterol juga menjadi favorit, seperti gorengan, martabak manis, dan kue-kue bersantan. Minyak yang digunakan untuk menggoreng sering kali dipakai berulang kali, yang bisa menghasilkan lemak trans berbahaya. Begitu juga dengan santan kental pada kue tradisional yang tinggi lemak jenuh. Jika takjil ini dikonsumsi dalam jumlah besar, bukan hanya berat badan yang naik, tetapi kadar kolesterol jahat (LDL) juga bisa meningkat, memperbesar risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

Efek dari konsumsi takjil berlebihan ini bisa terasa dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, lonjakan gula darah yang cepat bisa membuat tubuh terasa lemas dan mengantuk setelah berbuka. Sedangkan dalam jangka panjang, kebiasaan mengonsumsi takjil tinggi gula, lemak, dan kolesterol bisa menyebabkan kenaikan berat badan, meningkatnya kadar asam urat, hingga risiko penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi. Oleh karena itu, penting untuk lebih selektif dalam memilih takjil agar Ramadan tetap sehat tanpa harus berperang dengan kesehatan setelah Lebaran.

Mengapa War Takjil Bisa Berujung "War" dengan Timbangan dan Kesehatan?

Momen berbuka puasa sering kali menjadi ajang "balas dendam" setelah seharian menahan lapar dan haus. Keinginan untuk segera menikmati makanan enak membuat banyak orang tergoda untuk membeli berbagai jenis takjil tanpa berpikir panjang. Namun, kebiasaan ini justru bisa menjadi bumerang bagi kesehatan jika tidak dikendalikan dengan baik.

Salah satu penyebab utama adalah fenomena "balas dendam lapar", di mana nafsu makan meningkat drastis setelah berpuasa. Rasa lapar yang menumpuk sejak pagi membuat kita ingin segera mengonsumsi sesuatu yang manis atau berlemak agar energi cepat kembali. Sayangnya, pilihan ini sering kali mengarah pada makanan yang tinggi gula, seperti es buah dan kolak, atau yang berminyak seperti gorengan. Akibatnya, tubuh malah mengalami lonjakan gula darah yang bisa membuat kita lemas dan mengantuk setelah makan.

Selain itu, kurangnya kontrol porsi juga menjadi masalah besar. Saat berburu takjil, semua terlihat menggiurkan, dari minuman manis, kue-kue legit, hingga camilan gurih. Akibatnya, kita sering membeli dalam jumlah banyak tanpa menyadari bahwa perut sebenarnya tidak bisa menampung semuanya sekaligus. Tanpa sadar, kita mengonsumsi kalori berlebihan yang berujung pada kenaikan berat badan selama Ramadan hingga setelah Lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun