Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menghadapi Fenomena Doom Spending: Peran Literasi Keuangan Sejak Dini di Dunia yang Penuh FOMO

13 Oktober 2024   16:57 Diperbarui: 14 Oktober 2024   11:14 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era serba digital ini, kehidupan kita semakin tak terpisahkan dari media sosial. Setiap hari, kita disuguhkan beragam konten yang menampilkan gaya hidup mewah, tren terbaru, hingga promo-promo menarik yang sulit diabaikan. 

Bagi banyak orang, terutama generasi muda, terpaan ini seringkali memicu dorongan untuk terus mengikuti apa yang sedang viral atau populer. Dalam kondisi seperti ini, dua fenomena yang semakin sering muncul adalah doom spending dan FOMO (Fear of Missing Out).

Doom spending mengacu pada kebiasaan belanja impulsif sebagai bentuk pelarian dari stres atau kecemasan. Sementara itu, FOMO menggambarkan perasaan takut tertinggal atau ketinggalan sesuatu yang penting---baik itu pengalaman, produk, atau tren. Dengan kombinasi keduanya, banyak orang terjebak dalam siklus membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan hanya demi "tetap relevan" di tengah hiruk-pikuk media sosial.

Dalam konteks dunia digital yang kian mendominasi, fenomena ini memiliki relevansi yang besar. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi medium yang secara terus-menerus mempromosikan gaya hidup tertentu, sering kali melalui influencer yang dianggap sebagai panutan. 

Akibatnya, banyak orang, khususnya remaja dan dewasa muda, merasa perlu untuk mengimbangi standar yang mereka lihat di layar gawai mereka. Kebiasaan belanja yang tidak terkendali ini tak jarang berdampak buruk pada kesehatan finansial jangka panjang.

Di sinilah literasi keuangan memainkan peran penting. Dengan memberikan edukasi keuangan sejak dini, kita dapat membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan untuk membuat keputusan finansial yang lebih bijak. 

Pemahaman yang baik tentang bagaimana mengelola uang dapat menjadi tameng yang kuat untuk melawan tekanan FOMO dan kecenderungan doom spending, membantu mereka meraih kestabilan finansial yang lebih baik di masa depan.

Dampak Jangka Panjang Doom Spending

Kebiasaan doom spending membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi finansial seseorang, terutama dalam jangka panjang. Salah satu dampak paling nyata adalah meningkatnya utang. 

Kebiasaan belanja impulsif sering kali membuat seseorang mengandalkan kartu kredit atau pinjaman untuk memenuhi keinginan jangka pendek, yang pada akhirnya menumpuk menjadi beban finansial. 

Selain itu, tabungan pun menjadi menipis karena uang yang seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan masa depan justru habis untuk pembelian barang-barang yang kurang penting. Pada titik tertentu, orang yang terjebak dalam doom spending akan kehilangan kontrol atas keuangannya, sulit untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun