Mohon tunggu...
Kresnoadi DH
Kresnoadi DH Mohon Tunggu... -

Seorang blogger di keriba-keribo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Perihal Stand Up Comedy, dan Akhlak Berkomedi

17 Oktober 2014   14:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:41 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413525463130102104

[caption id="attachment_367059" align="aligncenter" width="620" caption="abdi negara di acara Stand Up Comedy KOMPAS TV (Kompas.com)"][/caption]

Humor, komedi, melawak, atau apapun kamu menyebutnya, seperti seni lain, adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Hanya sedikit orang yang terlahir sebagai manusia 'yang benar-benar lucu'. Seorang penyanyi yang terlahir tanpa memiliki 'suara penyanyi', tetap bisa menjadi penyanyi dengan memelajari teknik bernyanyi; belajar nada, ketukan, cara pengambilan napas. Teknik-teknik terseebut adalah teknik dasar yang sepatutnya dipelajari oleh seseorang yang ingin menjadi penyanyi. Namun apabila penyanyi tersebut sudah ingin dikenal sebagi seorang penyanyi yang bergenre tertentu, tentu saja harus mendalami teknik yang berkaitan langsung dengan genre yang kamu pilih. Kalau kamu ingin menjadi seorang penyanyi dangdut, kamu harus berlatih cengkok dangdut. Kalau kamu ingin menjadi seorang penyanyi metal, kamu harus memelajari teknik berteriak yang keren. Layaknya penyanyi tersebut, seseorang bisa menjadi komedian dengan memelajari teknik-teknik dasar berkomedi. Apabila si komedian ingin dianggap lebih spesifik, seorang pelenong misalnya, ia harus jago berinteraksi dengan penonton. Apabila si komedian ingin dikenal sebagai komedian yang bisa bermusik, ia harus belajar main gitar.

Semua seni itu sama, setidaknya itu menurut saya. Mungkin ada orang yang sewaktu lahir ditiupkan roh seorang penari ke ubun-ubunnya, tetapi dia tidak akan ujug-ujug menjadi seorang penari kalau tidak berlatih menari. Sama seperti komedian.

Every art has a sexy part in itself.

Lebih jauh, akhir-akhir ini sedang ada satu seni yang menurut saya happening: stand up comedy. Sebetulnya seni ini sudah sangat tua di Amerika, bahkan sempat masuk ke dalam serial Spongebob Squarepants, di mana si Spongebob membicarakan tupai yang tidak bisa mencopot bohlam lampu. Sampai tahun 2011 stand up comedy mulai booming di Indonesia. Raditya Dika dkk membawa stand up comedy dengan misi 'menambah tipe' komedi baru di Indonesia.

Namun seiring berjalannya waktu, seperti ada pergeseran paham dari orang-orang yang baru mengikuti stand up comedy. Mereka beranggapan bahwa stand up comedy adalah lawakan cerdas. Banyak yang mengatakan bahwa stand up comedy 'harus' mempunyai pesan moral di dalamnya. Lebih jauh lagi, orang-orang ini kerap merendahkan tipe komedi lain.

Buat saya, ini adalah pemahaman yang salah.

Sama seperti lenong, slapstick, dan komedi lain, stand up comedy adalah sebuah konsep komedi. Tujuan dari sebuah komedi tentu saja satu: membuat tawa. D. H Monro, dalam bukunya Argument of Laughter, bahkan menyebutkan tiga teori mengenai bagaimana orang tertawa. Hal ini menunjukkan bahwa banyak teknik yang dapat digunakan untuk membuat orang tertawa. Tujuannya sama, hanya tekniknya yang berbeda. Kalau di sepakbola kita menggunakan kaki, di bola basket kita melatih otot tangan, hal ini sama dengan komedi. Lenong menekankan kepada 'kedekatan kepada penonton', slapstick melatih kita untuk membuat tawa dari superioritas semu yang diberikan kepada penonton, sementara stand up comedy menekankan kepada teknik dasar membuat joke: setup-punchline.

Lalu bagaimana dengan pemahaman yang menyebutkan bahwa 'stand up comedy adalah komedi yang harus punya pesan moral'?'

Menurut saya, ini juga pandangan yang keliru.

Seperti yang saya katakan, tujuan dari penampilan setiap komedian, apapun genre-nya, adalah memancing tawa. Kalau stand up comedy dikatakan komedi yang wajib memberikan pesan moral, lalu disebut apakah Mitch Hedberg, Steven Wright (sebelum mengubah personanya), Panca Atis yang kebanyakan materi jokes-nya berupa oneliner? Bagaimana dengan komik lokal Bintang Bete? Tentu kita semua tahu bahwa komedi yang bergizi adalah yang memiliki pesan moral, tapi tidak ada yang mengatakan bahwa pesan moral wajib dimasukkan ke dalam setiap penampilan comic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun